Mohon tunggu...
Zaidil Firza
Zaidil Firza Mohon Tunggu... wiraswasta -

www.about.me/zaidilfirza

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Andai a… a… a…, aku jadi orang nomor satu… #HutanIndonesia

17 Maret 2014   07:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:51 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Andai a… a… a…, aku jadi orang nomor satu…"



Perhatian: Ini sekedar opini non ilmiah seorang mahasiswa kehutanan tingkat akhir, yang secara tidak sengaja iseng menuangkan mimpinya via kompasiana #HutanIndonesia.

---

Berbicara mengenai perspektif baru dalam politik hijau di negeri tercinta kita ini, tidak jauh berbeda dengan membicarakan masyarakat Indonesia itu sendiri. Kenapa? Karena selama ini kita selalu berpegang teguh pada egosentris manusiawi.


Apakah selama kita hidup di tanah air ini kita tidak pernah menyadari akan jasa penting rimba Nusantara?

Pada pra-kemerdekaan, lihat bagaimana proses kemerdekaan kita dicapai melalui perantara para rimba di seluruh penjuru Nusantara, setiap kegiatan bergerilya, pengasingan dan persembunyian tokoh penting (Kepulauan Banda Neira, rimba Sumatra, dsb.).

Di saat kita menikmati kemerdekaan, lihat jumlah devisa negara yang membumbung tinggi oleh produk kayu yang kita eksploitasi di saat  paradigma "Penghambaan terhadap kayu" merajalela.

Kini lihat ke kita, khususnya pribadi kita masing-masing. Apa yang sudah kita lakukan untuk menebus jasa dan manfaat yang telah disediakan oleh rimba Nusantara?

Andai seseorang jadi Presiden di negeri nan indah ini, saya harap dia mampu memberikan sesuatu perubahan nyata di dalam sistem yang terbilang sudah kacau balau ini. Semua yang ada saat ini diprioritaskan berdasarkan urutan antroposentris. Berbeda terbalik dengan Kanada, mungkin bisa dibilang kita ketinggalan 2 dekade untuk hal ini, Sustainable Development.

Alangkah baiknya, untuk menuju kelestarian, diperlukan adanya keseragaman tujuan, lestari secara holistik, bukan sekedar ekonomi, sosial, atau aspek lainnya. Ada baiknya kita mulai dari yang namanya pendidikan. Lihat dan analisa sendiri pengalaman Anda dalam berpendidikan dasar di Indonesia, sangat nyata pendoktrinan dalam penciptaan robot-robot guna memenuhi SDM bermental pekerja, bukan pengelola. Coba kita bisa meniru negara-negara yang telah berkembang seperti Jepang, Jerman, dan lainnya. Bahkan untuk staf pengajar di Taman Kanak-kanak (TK) saja mereka menyediakan profesor-profesor untuk menanamkan nilai kelestarian.

Pengalaman saya ketika pertukaran di Göttingen, saya menemukan perbedaan peradaban yang sangat nyata. Pemilahan limbah serta pemanfaatannya yang sangat efektif, transportasi massal yang memadai kebutuhan masyarakatnya, kualitas air dan lingkungan yang optimal, dan banyak hal lainnya yang sulit disebutkan melalui tekstual. Semuanya itu berawal dari pendidikan paling dasar, yakni dari keluarga dan taman kanak-kanak. Pendidikan yang berperan penting dalam pembentukan kesadaran (awareness) akan kelestarian. Untuk meningkatkan kesadaran ini, juga tak luput dari peranan media, kompasiana misalnya. Acara-acara seperti ini sebaiknya dilakukan sepanjang hidup (evergreen, perennial), tidak sekedar musiman (monsoon). Karena multimedia mampu mempengaruhi dan menciptakan arah baru dari sejarah.

Selain itu, menurut saya, kita butuh perombakan total dalam peraturan dan perundang-undangan. Banyak yang kita temui tidak terintegrasi satu sama lain, antar departemen, bidang, ataupun level instansi. Bahkan PP No.7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi dirasa sudah ketinggalan 2 dekade untuk  menyeimbangi kedinamisan kehidupan bermasyarakat Indonesia.

Satu hal lainnya, kita membutuh suatu pengelollan sistem informasi yang opensource, seperti halnya yang diterapkan oleh Open4Change, silahkan tonton video ini. Ini sangat berguna untuk kontrol dari segala aktivitas kenegaraan.

Mungkin sekian mimpi dari saya, setidaknya saya pernah bermimpi untuk hal yang lebih baik. Mengutip ucapan Bang Anies, sudah terlalu banyak orang pintar di negeri ini, hanya saja orang yang rela berjuang dan kontributif untuk negeri ini masih langka.

Salam,

Zaidil Firza

about.me/zaidilfirza

---

Nb:
Sekedar menuang beberapa daftar masalah penting terkait hutan:

1.Pendidikan dan kesadaran akan kelestarian

2. Peraturan dan UU yang tidak efektif terintegrasi, serta penegakannya yang tidak optimal. Lihat saja bagaimana proses terjadinya investasi asing terkait pertambangan, hutan industri, kelapa sawit, dsb. :(

3. Keterbukaan sistem informasi dari segala aspek

4. Optimalisasi hasil hutan non kayu yang berlimpah ruah

5. Pemerataan kualitas dan kuantitas pegawai kehutanan di lapangan (Contoh kasus: Taman Nasional di luar Pulau Jawa)

6. Antroposentris yang dijadikan prioritas utama pengelolaan

7. Pengelolaan limbah yang belum mantap (di Norway bahkan mengimpor limbah dari negara lain)

8. Transportasi massal yang tidak begitu dilirik masyakarat

9. Greenpreunership yang masih sangat lemah

10. Ketergantungan dengan negara lain yang sangat tinggi, padahal kita mampu hidup mandiri dengan apa yang kita miliki. Lihat saja sekarang sangat langka dijumpai pemuda yang ingin menjadi petani. Kita mampu mandiri dari segi pangan, sandang, dan papan, lho!

11. Energi terbarukan yang belum optimal diberdayakan. Kita mampu menciptakan kemandirian energi lho! Coba lihat Desa Jühnde di Jerman. Kita punya banyak potensi untuk energi terbarukan, silahkan lihat presentasi mas Hadipurwo di Berlin halaman 6.

12. Elitism yang kental terjadi bagi masyakarat sekitar hutan (Lihat Elite Theory), beliau miskin di tanah yang kaya.

13. Peran media yang kurang menginterpretasikan pentingnya pembangunan berdasarkan kelestarian (Sustainable Development), hal ini juga biasanya disebabkan oleh berbagai kepentingan.

14. Mitigasi bencana alam dan bencana artificial merupakan hal paling mendasar yang harus kita kuasai sebagai negara tropis kepulauan, baik itu dari penerapan teknologi, ataupun peningkatan kapasitas masyarakatnya yang sigap bencana.

15. Dan banyak hal lainnya yang perlu di inventarisasi dan dicarikan solusi efektifnya. =)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun