Pengalaman saya ketika pertukaran di Göttingen, saya menemukan perbedaan peradaban yang sangat nyata. Pemilahan limbah serta pemanfaatannya yang sangat efektif, transportasi massal yang memadai kebutuhan masyarakatnya, kualitas air dan lingkungan yang optimal, dan banyak hal lainnya yang sulit disebutkan melalui tekstual. Semuanya itu berawal dari pendidikan paling dasar, yakni dari keluarga dan taman kanak-kanak. Pendidikan yang berperan penting dalam pembentukan kesadaran (awareness) akan kelestarian. Untuk meningkatkan kesadaran ini, juga tak luput dari peranan media, kompasiana misalnya. Acara-acara seperti ini sebaiknya dilakukan sepanjang hidup (evergreen, perennial), tidak sekedar musiman (monsoon). Karena multimedia mampu mempengaruhi dan menciptakan arah baru dari sejarah.
Selain itu, menurut saya, kita butuh perombakan total dalam peraturan dan perundang-undangan. Banyak yang kita temui tidak terintegrasi satu sama lain, antar departemen, bidang, ataupun level instansi. Bahkan PP No.7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi dirasa sudah ketinggalan 2 dekade untuk menyeimbangi kedinamisan kehidupan bermasyarakat Indonesia.
Satu hal lainnya, kita membutuh suatu pengelollan sistem informasi yang opensource, seperti halnya yang diterapkan oleh Open4Change, silahkan tonton video ini. Ini sangat berguna untuk kontrol dari segala aktivitas kenegaraan.
Mungkin sekian mimpi dari saya, setidaknya saya pernah bermimpi untuk hal yang lebih baik. Mengutip ucapan Bang Anies, sudah terlalu banyak orang pintar di negeri ini, hanya saja orang yang rela berjuang dan kontributif untuk negeri ini masih langka.
Salam,
Zaidil Firza
---
Nb:
Sekedar menuang beberapa daftar masalah penting terkait hutan:
1.Pendidikan dan kesadaran akan kelestarian
2. Peraturan dan UU yang tidak efektif terintegrasi, serta penegakannya yang tidak optimal. Lihat saja bagaimana proses terjadinya investasi asing terkait pertambangan, hutan industri, kelapa sawit, dsb. :(