Lirik lagu "Garam Madu" menggambarkan realitas budaya lokal dengan mengedepankan nilai-nilai seperti kebersamaan, kesabaran, dan penghormatan terhadap tradisi. Simbol "garam" dan "madu" dalam lagu ini digunakan untuk merepresentasikan dua sisi kehidupan yang saling melengkapi, yaitu kepahitan dan kebahagiaan.
Teori Uses and Gratifications:Teori ini menjelaskan bagaimana audiens secara aktif memilih media tertentu untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti hiburan, informasi, atau identitas pribadi. Dalam konteks lagu "Garam Madu", audiens menggunakan lagu ini untuk menikmati hiburan sekaligus merenungkan dinamika sosial dan budaya. Lagu ini memberikan pengalaman emosional yang relevan dengan kehidupan mereka, seperti pengorbanan dan cinta.
Teori Agenda Setting:Teori ini berfokus pada bagaimana media massa memiliki kemampuan untuk memengaruhi isu apa yang dianggap penting oleh publik. Dalam kasus lagu "Garam Madu", media massa membantu menetapkan lagu ini sebagai salah satu karya yang relevan dengan isu sosial saat ini melalui ulasan, wawancara dengan musisi, dan promosi intensif. Dengan demikian, media menentukan fokus audiens terhadap pesan lagu.
Semua karya apapun harus memiliki proses perkembangan dalam komunikasi seperti lagu Garam Madu yang bisa mendapatkan jutaan audiens dalam jangka waktu sebentar saja
Dengan perkembangan komunikasi massa yang sangat pesat ini membuat sebuah lagu dapat viral dengan cepat.
 Era digital pada saat ini engan perkembangan internet, lagu ini memasuki platform digital seperti YouTube dan Spotify. Dalam waktu singkat, lagu ini mendapatkan jutaan penonton dan pendengar berkat fitur algoritma dan rekomendasi. Semua audiens sekarang mudah untuk mencari apapun dengan adanya platform tersebut, dimanapun mereka berada semua kegiatan bisa dilakukan menggunakan platform tersebut dengan mudah.
Media sosial memungkinkan interaksi langsung antara musisi dan audiens. Fitur seperti komentar, like, dan share meningkatkan partisipasi audiens dalam mendiskusikan lagu ini. Tantangan berbasis hashtag di TikTok juga menjadi katalisator viralitas lagu ini.
Model Shannon-Weaver: Musisi sebagai pengirim pesan (encoder) menggunakan lagu untuk menyampaikan makna tertentu kepada audiens (decoder). Noise (gangguan) dapat berupa interpretasi yang salah terhadap lirik atau kurangnya akses ke platform tertentu.
Model Schramm: Interaksi antara musisi dan audiens, seperti di media sosial, menciptakan umpan balik yang memperkuat popularitas lagu. Proses encoding dan decoding menjadi dinamis karena adanya dialog langsung antara kedua pihak.
Artikel ini juga akan mengulik dampak pada lagu ini, setiap karya akan memiliki dampak positif dan dampak negatif kepada audiens :
Dampak Positif