Mohon tunggu...
Zaidan Akram Ruslani
Zaidan Akram Ruslani Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010082 | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS |

Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram Pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

28 November 2024   15:16 Diperbarui: 28 November 2024   15:16 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo

Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo

Ki Ageng Suryomentaram (20 Mei 1892 – 18 Maret 1962) adalah tokoh besar dalam tradisi Jawa yang dikenal sebagai putra ke-55 dari Sri Sultan Hamengkubuwono VII dan Bendoro Raden Ayu Retnomandoyo. Salah satu gagasannya yang monumental adalah "Mencari Manusia" yang bertujuan menemukan kebahagiaan sejati atau bedjo. Gagasan ini lahir dari keprihatinannya terhadap bagaimana manusia sering kehilangan arah dalam mengelola diri, hati, dan tindakannya.

Dalam konteks Indonesia modern, ajaran Ki Ageng relevan untuk mencegah korupsi yang merusak tatanan bangsa. Nilai-nilai kebatinan beliau, terutama dalam konsep "Enam SA", memberikan dasar moralitas untuk membangun kepribadian yang bebas dari godaan duniawi. Artikel ini membahas penerapan ajaran Ki Ageng dalam pencegahan korupsi serta dalam transformasi memimpin diri sendiri.

Konsep Enam "SA" oleh Ki Ageng Suryomentaram

Ki Ageng Suryomentaram, seorang filsuf kebatinan Jawa, menawarkan pendekatan yang mendalam untuk memahami diri dan menjalani hidup dengan prinsip yang disebut "Enam SA." Konsep ini mencakup panduan spiritual dan etika yang sederhana namun penuh makna, bertujuan membantu individu mencapai kebahagiaan sejati dan harmoni dalam hidup. Berikut adalah pembahasan lebih dalam mengenai masing-masing elemen Enam "SA":

1. Sa-butuhne (Sebutuhnya)
Hidup dengan secukupnya, sesuai kebutuhan nyata, tanpa keinginan berlebih. Nilai ini mendorong manusia untuk menekan hawa nafsu akan materi yang berlebihan, yang sering kali menjadi akar dari tindakan korupsi.

Sa-butuhne menekankan pentingnya kesadaran akan batas kebutuhan, bukan keinginan. Dalam kehidupan modern, konsep ini mengingatkan kita untuk tidak rakus atau tamak terhadap harta, jabatan, atau kekuasaan.

Dalam praktiknya, prinsip ini membantu individu untuk fokus pada esensi kebutuhan yang nyata, sehingga hidup menjadi lebih sederhana dan bebas dari tekanan keinginan yang berlebihan.

Aplikasi:

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun