Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ujian Praktik Pertamaku

21 Maret 2022   18:25 Diperbarui: 21 Maret 2022   18:25 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mulai hari Senin besok, kalian akan mengikuti ujian praktik ya, anak-anak..", kata bu Mira memberitahu kami ketika kami di kelas pada hari Jumat kemarin.

Jujur saja aku deg-degan mendengar informasi itu. Bagaimana tidak, ini kali pertama aku akan tahu seperti apa itu ujian praktik. 

Maklumlah. Aku seorang anak tunanetra yang tak banyak tahu tentang ujian praktik dari kakak-kakak kelas kami terdahulu. Kebetulan memang ketunaannya beda sih. Jadi aku tak begitu tahu..

"Meski kalian tunanetra ya tetap ada ujian praktik. Kemudian nanti ada ujian tertulis juga.. Jadi persiapkan baik-baik ya..", lanjut bu Mira.

***

Dan hari ini, ujian praktik pertamaku adalah penjas. Pagi-pagi aku mempersiapkan diri. Aku mandi pagi setelah shalat subuh.

"Sarapan dulu, Sin..", kata mamakku sambil mengajakku duduk di meja makan.

Ku ambil nasi secukupnya dan lauk seadanya. Ala-ala desa. Hehe.

Aku makan dengan lahap. Ya, aku harus mempersiapkan tenaga untuk ujianku pagi ini. Jangan sampai aku semaput ketika ujian di lapangan.

Setelah selesai sarapan, kemudian aku bersama mamak bergegas menuju jalan raya. Kami nyegat bus yang menuju ke arah kota kabupaten, di mana sekolahku berada.

Tak berapa lama kami telah berada di dalam bus. Baru ada beberapa penumpang. Aku tahu dari suara penumpang-penumpang itu.

"Anakku ini mau ujian lho, bu..", kata mamakku kepada salah satu penumpang.

"Lhoh, memangnya anak buta juga ujian bu?", tanya penumpang yang diajak ngomong mamakku. 

Aku hanya tersenyum kecut mendengar pertanyaan itu. Tetapi aku maklum sih, banyak kok yang akan bertanya seperti itu.

"Ya iya lah, bu.. Anakku dan teman-teman di sekolahnya juga ujian kayak anak-anak SD. ", jawab mamak.

"Kata bu Mira, ujiannya memang tidak sama plek dengan ujian anak SD. Disesuaikan gitu..", lanjut mamak dengan semangat. 

Mungkin mamak bicara seperti itu agar orang-orang tahu kalau anak SLB juga sama-sama belajar di sekolah. Dan sama-sama ujian juga.

***

Kami berkumpul di lapangan sekolah. Biasanya lapangan ini dipakai untuk upacara bendera. Tetapi sudah dua tahun ini tidak dipakai untuk upacara.

"Ayo kita pemanasan terlebih dahulu, kemudian nanti kita ujian satu per satu..", kata pak Irwan kepada kami.

Kami pemanasan selama beberapa menit. Kemudian kami satu persatu diuji. Khusus untuk anak tunanetra seperti aku, ujian praktiknya lari. Akan dihitung waktu tempuh larinya.

Kami menunggu dipanggil. Karena ternyata banyak sekali yang ujian. Selain tunanetra juga ada anak tunagrahita dan tunarungu.

Oh iya, kami yang tunanetra berlari dengan memperhatikan aba-aba atau teriakan pak Irwanu. Selain itu pak Irwanu bertepuk tangan juga. Agar kami mudah berlari ke arah sumber suara itu. Dan jelas kami berlari tanpa didampingi.

"Alhamdulillah, ujian praktiknya sudah cukup. Di rumah, kalian juga harus rajin berolahraga ya, anak-anak.. Dan semoga kita selalu diberikan kesehatan oleh Allah.. Aamiin..", tutup pak Irwan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun