Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ngarit Pari

25 Februari 2021   13:26 Diperbarui: 25 Februari 2021   13:28 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, aku memang kerja kantoran. Selama ini hanya memegang bolpoin, kertas, laptop dan berkas-berkas.

"Isa ya, lik..", kataku sambil mengambil arit.

"Kuwi mau luwih suwe daripada sing wingi dhoan, lik..", kata mas Momon dari kejauhan.

"Ya, nek kesel gek leren, Ra..", kata bulik yang langsung pamit pulang ke rumah. Karena di rumah ada yang ngobel pari.

Aku, mas Momon dan mbak-mbak yang membantu ngarit melanjutkan ngarit kami. Kami berlomba dengan mendung yang masih bergelayut manja.

Memang aku belum pernah ikut ngarit pari selama ini. Kalau panen kacang atau kedelai sudah sering. Bahkan sejak masih SD sudah biasa. Kalau ngarit pari ya baru kali ini.

Gatal pasti iya. Capek dan pegel-pegel ya pasti iya juga. Hehe. Tapi yang pasti, aku tidak mau dan tidak akan membeda-bedakan apa pekerjaan mereka denganku.

Mereka yang petani sangat membantu keberadaan pangan kita. Tanpa mereka kita tidak akan menikmati nasi, sayur-sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Dari sinilah aku belajar dari ilmu padi. Semakin berisi, semakin merunduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun