Hingga akhirnya, pada usia enam tahun, Naffa kami masukkan ke SLB di kotaku. Aku serahkan semua kepada guru dan sekolah.
Aku mendukung Naffa dengan selalu mengantar ke sekolah. Mendampingi ketika jam istirahat tiba. Dan seterusnya.
"Bu, aku senang bisa bersekolah..", kata Naffa kepadaku.
Betapa terharunya aku mendengar kata-kata itu dari mulut mungilnya.
"Aku ingin menjadi guru, bu..", ucapnya lagi kepadaku.
"Ya, nak. Ibu akan selalu mendukungmu. Belajarlah dengan rajin. Patuh kepada ibu bapak guru serta ibu bapak ya, nak..", kataku kepada putriku.
Ku lihat anakku menganggukkan kepalanya. Tetesan air mata ada di sudut mataku.
Seorang anak tunanetra, yang kebetulan puteiku, bercita-cita menjadi guru.Â
"Semoga ya, nak.."
***
"Banyak teman saya tunanetra menjadi guru, bu..", kata bu Mira, guru putriku.