ladang-ladang digarap bersama gerimis
juga anak-anak waktu
Â
kami buat gelombang dan arus
untuk tempat memancing wahyu
meski selalu bebatu yang mengekalkan doa kami
hingga ketika senja merampas warna kepala
kami bergegas kembali menuju dermaga
mencari jejak-jejak pada lepuhan karang
atau debu-debu yang mengenang wajah kami
hingga kami temukan jarak
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!