lalu kami meliuk dan jadi kunang-kunang
bersama dahak malam
sambil meniup ampas kopi mahal
kami pura-pura suka kehangatan
anak-anak angin dibikin gelinjangan
tak berumah. setelah dada kami bakar
buat sesaji perjumpaan
Â
tak ada yang kami buat pasi
selain ketulusan bulan yang ditusuk kabut.
leher-leher merah, dada resah
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!