Mohon tunggu...
ZAHRATUL MARISSA
ZAHRATUL MARISSA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memasak dan Berolahraga Badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Keluarga Broken Home terhadap Psikologi Pendidikan Anak

30 Oktober 2023   19:47 Diperbarui: 30 Oktober 2023   20:00 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keharmonisan dalam keluarga sangat dimimpikan serta diinginkan setiap orang, karena peran keluarga pada psikologi pendidikan anak sangat penting.

Tapi, bagaimana bila anak mengalami
broken home, akankah berpengaruh pada psikologis anak?

Pada umur yang relatif labil yaitu, (+/-) 15 –19 Tahun, pada masa remaja sampai dewasa inilah yang berbahaya serta bisa memengaruhi psikologis anak, karena tidak menutup kemungkinan pada masa ini akan timbul dampak positif maupun dampak negatif yang terjadi pada anak tersebut.

Istilah broken home dikalangan remaja sudah tak asing lagi, broken home berasal dari dua kata yaitu broken adalah rusak, home adalah rumah atau tempat tinggal. Menurut psikiater dan psikoterapis Frank Anderson dalam Verywell Mind, broken home atau broken family adalah salah satu situasi yang meliputi hubungan yang tidak sehat atau terputus dalam unit keluarga. Jadi broken home bisa diartikan kerusakan rumah tangga, keluarga yang tidak harmonis, perpecahan dalam rumah tangga dan lain sebagainya.

Nah, dalam essai analitis penulis akan menguraikan faktor-faktor, dampak, tantangan, dan implikasinya terhadap anak yang mengalami broken home.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab anak mengalami broken home dari beberapa penelitian diantaranya:

1. Perceraian

Asal kata perceraian adalah cerai. Menurut KBBI, cerai artinya putus hubungan suami istri. Perceraian yaitu memisahkan antara seorang istri serta seorang suami yang tidak tinggal pada satu rumah, menunjukkan tak ada lagi rasa kasih sayang sebagai dasar perkawinan yang sudah terbina sebab telah goyah dan tidak mampu menopang keutuhan keluarga yang harmonis.

Bagaimana anak mendapatkan kasih sayang yang utuh jika orang tua saja berpisah?

2. Perselingkuhan

Asal kata perselingkuhan adalah selingkuh. Menurut KBBI, selingkuh artinya menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; tidak berterus terang: tidak jujur. Perselingkuhan berdampak signifikan terhadap pernikahan, karena dalam menjalin sebuah pernikahan harus didasarkan pada rasa cinta dan kesetiaan. Perselingkuhan merupakan salah satu alasan utama perceraian pasangan. Luka, rasa sakit dan sebuah penghianatan yang ditimbulkannya seringkali bertahan lama. Bahkan, akibat perselingkuhan orang tua pengaruh bagi anak sangat buruk.

3. Kondisi Ekonomi

Ketika kemampuan ekonomi yang melanda keluarga akan membawa akibat negatif bagi kelangsungan kehidupan rumah tangga. Tingginya taraf kebutuhan hidup, biaya sekolah anak wajib dipenuhi, belum lagi kebutuhan lainnya juga tak kalah pentingnya untuk dipenuhi apalagi hidup dijaman modern semua bisa didapatkan dengan mudah,maka setiap orang akan selalu berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

4. Rendahnya Pendidikan dan Pemahaman 

Pendidikan seseorang berpengaruh pada pemahaman yang dimiliki, apalagi ketika telah berkeluarga. Suami atau istri yang berpendidikan rendah cenderung kurang dari sisi pemahaman serta pengertian serta tugas kewajiban menjadi suami/istri.

Jadi jelas bahwa pemahaman dan pendidikan merupakan salah satu faktor yang mampu memicu broken home sebab dengan tiadanya saling pengertian, perhatian, kasih sayang terhadap anak, kurangnya pemahaman akan mengakibatkan perseteruan terus menerus yang bisa berujung pada berakhirnya ikatan pada rumah tangga.

5. Sikap egois orang tua berpengaruh terhadap keutuhan keluarga, selain itu juga berpengaruh pada kepribadian anak. Egois ialah sifat yang mementingkan diri sendiri dan menganggap benar pendapat dan tindakannya sendiri sebagai akibatnya sulit mengakui kebenaran dari orang lain. Jika suami-istri mempunyai sifat ini dan tidak ada saling pengertian serta saling mengalah maka benih-benih broken home sudah ada serta akan semakin membesar suatu ketika.

Semua faktor diatas mengakibatkan korelasi anak dengan orang tua menjadi longgar, sebagai akibatnya anak bebas melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang tidak baik.

Oleh karena itu, masalah yang paling berat dilakukan keluarga artinya tanggung jawab tehadap anak. Disinilah ke 2 orang tua tidak jarang menuding tentang tanggung jawab terhadap anak. Apalagi antara ayah ataupun ibu keduanya tidak mempunyai waktu buat membimbing anaknya akibatnya anak bisa melakukan apa yang ia inginkan. Akibat dari saling menyalahkan tentang tanggung jawab terhadap anak antara ayah dan ibu, menyebabkan keduanya saling melepaskan tanggung jawab serta rumah tangga harus berantakan.

Nah! Penjelasan selanjutnya yaitu dampak broken home, ada apa saja sih? Mari kita simak!

1. Academic problem, seseorang yang mengalami broken home akan malas belajar, dan tidak bersemangat serta tidak berprestasi,

2. Behavioral problem, mereka mulai memberontak, kasar,masa bodoh, memiliki kebiasaan merusak, seperti mulai merokok, minum-minuman keras, judi serta lari ketempat pelacuran.

3. Sexual problem, krisis kasih sayang, mencoba menutupi dengan mencukupi kebutuhan hawa nafsu.

4. Spiritual problem, mereka kehilangan tuhan.

Sedangkan dampak pada psikologis yaitu (a). Broken Heart: Seseorang akan merasakan kepedihan dan kehancuran hati sehingga memandang hidup ini sia-sia serta mengecewakan. Kecenderungan ini membentuk anak tersebut kekurangan kasih sayang serta anak akan bertindak pada yang bersifat keanehan seksual. Contohnya sex bebas, homo sex, lesbian, jadi simpanan orang,tertarik dengan istri atau suami orang lain serta lain-lain.

(b). Broken Relation: Seseorang merasa bahwa tidak ada orang yang perlu dihargai, tidak ada orang yang dapat dipercaya serta tidak ada orang yang dapat diteladani. Kecenderungan ini membentuk anak menjadi orang yang masa bodoh terhadap orang lain, suka mencari perhatian, kasar, egois, dan tidak mendengar nasihat orang lain.

(c). Broken Values: Seseorang kehilangan ”nilai kehidupan” yang benar. Baginya dalam hidup ini tidak ada yang baik, benar, atau merusak yang ada hanya yang ”menyenangkan” dan yang ”tidak menyenangkan”, pokoknya apa saja yang menyenangkan maka ia akan lakukan.

Tantangan yang dihadapi oleh anak broken home ketika dihadapkan suatu pilihan antara tinggal bersama ayah atau ibu, anak broken home akan lebih memilih pergi meninggalkan rumah, karena bagaimanapun juga seorang anak mengharapkan keluarga yang harmonis,ayah dan ibu yang tetap terjaga keutuhan pernikahannya. Belum lagi anak broken home akan mengalami gangguan mental.

Apakah anda sering melihat anak-anak broken home bersikap diluar batas, sulit dikendalikan atau bersikap seolah orang yang mengalami gangguan mental ? 

Seringkali anak broken home mengalami tekanan seperti halnya depresi dan cemas karena tidak memiliki teman untuk mendengarkan. Sedangkan orang tua biasanya tempat untuk menyampaikan keluh kesah dan hal buruk.

Tetapi anak yang mengalami broken home tidak semua berdampak negatif, adapun dampak positif yaitu menjadikan seorang anak lebih dewasa, lebih bijak dalam bertindak dan juga mandiri.

Berdasarkan data yang ditemukan pada kamis, 14 September 2023 dipublikasikan oleh detik.edu yaitu kisah Supi, anak broken home yang bisa kuliah di Taiwan berkat IISMA.

Supi adalah mahasiswa semester 5 program studi D4 Teknik Informatika di Politeknik Negeri Padang (PNP). Ia berkesempatan untuk berkuliah di Yuan Ze University setelah mendapat beasiswa Indonesian International Student Mobility Award (IISMA) dari Kemendikbudristek. Supi mengaku dirinya sudah menjadi anak broken home sejak usianya 6 tahun. Supi tidak besar dengan salah satu dari orang tuanya, melainkan tinggal bersama bibi. Supi mengatakan bahwa dirinya berusaha sangat keras untuk bisa lolos IISMA. Ia juga harus menyisihkan cukup banyak uang dari beasiswa KIP Kuliahnya untuk menyiapkan keperluan paspor, ijazah, dan tes.

Dapat disimpulkan bahwa kasus broken home berpengaruh terhadap psikologis pendidikan anak karena keluarga sangat penting bagi keberlangsungan pendidikan anak. Maka dari itu agar tidak terjadi broken home harus menjalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga, terbuka satu sama lain, membangun kepercayaan, quality time bersama keluarga dan saling menyayangi.

Sekian essai yang dapat dipaparkan oleh penulis, semoga apa yang ditulis bisa bermanfaat untuk semua pembaca.

Dirujuk pada jurnal penelitian, Mistiani, W. (2018). DAMPAK KELUARGA BROKENH OME TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK. Journal for Gender Studies, 10(2), 322-354. Doi: https://doi.org/10.24239/msw.v10i2.528

Yulianti, C. (2023). Kisah Supi, Anak Broken Home yang Bisa Kuliah di Taiwan Berkat IISMA. Diakses pada 28 Oktober 2023 pada laman web https://shorturl.at/knCIR

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun