Keharmonisan dalam keluarga sangat dimimpikan serta diinginkan setiap orang, karena peran keluarga pada psikologi pendidikan anak sangat penting.
Tapi, bagaimana bila anak mengalami
broken home, akankah berpengaruh pada psikologis anak?
Pada umur yang relatif labil yaitu, (+/-) 15 –19 Tahun, pada masa remaja sampai dewasa inilah yang berbahaya serta bisa memengaruhi psikologis anak, karena tidak menutup kemungkinan pada masa ini akan timbul dampak positif maupun dampak negatif yang terjadi pada anak tersebut.
Istilah broken home dikalangan remaja sudah tak asing lagi, broken home berasal dari dua kata yaitu broken adalah rusak, home adalah rumah atau tempat tinggal. Menurut psikiater dan psikoterapis Frank Anderson dalam Verywell Mind, broken home atau broken family adalah salah satu situasi yang meliputi hubungan yang tidak sehat atau terputus dalam unit keluarga. Jadi broken home bisa diartikan kerusakan rumah tangga, keluarga yang tidak harmonis, perpecahan dalam rumah tangga dan lain sebagainya.
Nah, dalam essai analitis penulis akan menguraikan faktor-faktor, dampak, tantangan, dan implikasinya terhadap anak yang mengalami broken home.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab anak mengalami broken home dari beberapa penelitian diantaranya:
1. Perceraian
Asal kata perceraian adalah cerai. Menurut KBBI, cerai artinya putus hubungan suami istri. Perceraian yaitu memisahkan antara seorang istri serta seorang suami yang tidak tinggal pada satu rumah, menunjukkan tak ada lagi rasa kasih sayang sebagai dasar perkawinan yang sudah terbina sebab telah goyah dan tidak mampu menopang keutuhan keluarga yang harmonis.
Bagaimana anak mendapatkan kasih sayang yang utuh jika orang tua saja berpisah?
2. Perselingkuhan
Asal kata perselingkuhan adalah selingkuh. Menurut KBBI, selingkuh artinya menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; tidak berterus terang: tidak jujur. Perselingkuhan berdampak signifikan terhadap pernikahan, karena dalam menjalin sebuah pernikahan harus didasarkan pada rasa cinta dan kesetiaan. Perselingkuhan merupakan salah satu alasan utama perceraian pasangan. Luka, rasa sakit dan sebuah penghianatan yang ditimbulkannya seringkali bertahan lama. Bahkan, akibat perselingkuhan orang tua pengaruh bagi anak sangat buruk.