Mohon tunggu...
Zahrah Khairani Karim
Zahrah Khairani Karim Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh graduate. Education enthusiast!

Enjoy reading!

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Novel "Orang-orang Biasa" Karya Andrea Hirata

5 Januari 2020   23:34 Diperbarui: 9 April 2021   19:26 18026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LIHATLAH APA YANG TERJADI DI BAWAH SANA

Judul Buku      : Orang-orang Biasa

Genre                : Fiksi

Penulis             : Andrea Hirata

Penerbit           : PT Bentang Pustaka

Tahun Terbit : 2019

Tebal Buku     : 300 halaman

ISBN                  : 978-602-291-524-9

Andrea Hirata akhirnya meluncurkan karyanya yang ke-10 di awal tahun 2019. Buku fiksi berjudul "Orang-orang Biasa" ini menarik perhatian banyak kalangan. Menceritakan sebuah kisah di suatu pulau yang tentram, aman, jauh dari permasalahan politik, dan tindak kriminal. 

Pulau Belantik namanya, selama bertahun-tahun seorang inspektur dari kepolisian menganggur sebab tidak pernah ada laporan tindak kejahatan di pulau tersebut, bahkan maling ayam pun tidak pernah ada. Entah karena memang benar tidak ada atau justru kejahatan itu berhasil bersembunyi.

Di Belantik juga terdapat kisah sekelompok anak kecil bernama Sobri, Rusip, Dinah, Tohirin, Debut, dan lain-lain. Mereka anak-anak yang tidak memiliki masa depan  cerah, dan tidak punya cita-cita seperti kebanyakan anak lainnya. Bisa naik kelas saja sudah menjadi sebuah pencapaian yang luar biasa. 

Masa kecil mereka penuh dengan penderitaan, sering di bully oleh kelompok yang lebih kuat, dipukuli oleh orang tua karena tingkah lakunya, dan nasib mereka sangat melantur. Akan tetapi, mereka menikmatinya, tak pernah ada niat untuk merubah nasib tersebut. Mereka hanya bisa menerima dan bersabar, menganggap bahwa memang begitulah alur hidup mereka.

Sampai mereka telah dewasa, dan memiliki anak. Terdapat sebuah berita luar biasa dari salah satu di antara mereka, anak perempuan Dinah, memiliki cita-cita yang luar biasa bahkan sangat mustahil mimpi itu dapat terwujud. Ia ingin berkuliah di kedokteran. 

Seperti yang kita tahu bersekolah di kedokteran tidaklah mudah dan murah, seolah-olah pendidikan dokter hanya untuk orang kaya saja. Selain itu kecerdasan yang dimiliki anaknya sama seperti Dinah, dan mereka tidak memiliki uang yang cukup untuk membiayai sekolahnya. Bagaimana bisa Dinah memenuhi niat baik anaknya?.

"Kalau kita tertangkap, masa lalu tertangkap. Kalau seorang anak tidak sekolah, masa depan jadi musibah. Aku ikut!". (Orang-orang Biasa, hal. 85)

Hingga akhirnya peristiwa yang selama ini tak pernah ada pun terjadi. Saat perayaan tahunan yang mengukir sejarah Belantik, tindak kejahatan yang luar biasa, disusun dengan sangat matang. Inspektur kepolisian sangat bersemangat untuk menyelidiki kasus tersebut. 

Akan tetapi, ia bahkan tidak mengetahui siapa pemilik tangan kotor itu. Jejaknya seperti ditelan bumi, tak ada bukti apapun yang dapat memberi petunjuk. Masih menjadi misteri apakah ini sebuah tindak kejahatan atau ada kejahatan di balik kejahatan?.

Novel Orang-Orang Biasa yang diresensi
Novel Orang-Orang Biasa yang diresensi
Kelebihan dan Kekurangan

Dalam buku ini Andrea Hirata memiliki gaya menulis yang berbeda dari novel-novel sebelumnya. Buku ini dikemas dengan alur cerita yang lebih simpel, dan memiliki banyak makna tersirat yang diceritakan. 

Sebagai pembaca, kita seperti disadarkan oleh tulisannya yang mengisahkan tentang kehidupan orang-orang biasa. Sebenarnya kisah ini banyak terjadi di kehidupan sehari-hari, hanya saja kita kurang menyadari atau bahkan mengacuhkannya begitu saja.

Di dalam buku ini, penulis banyak memberikan kritikan yang cukup pedas untuk para petinggi dan orang-orang tingkat atas melalui dialog antar tokoh. Khususnya kritikan untuk dunia pendidikan yang kurang memperhatikan hak masyarakat golongan ekonomi rendah. 

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari novel ini diantaranya dengan menghargai pengorbanan orang tua, bekerja keras ketika ingin mendapat sesuatu,  berpikir kritis dalam menghadapi situasi apapun, dan bersikap jujur.

Buku ini juga menggunakan bahasa yang mudah dipahami, akan tetapi terlalu banyak tokoh yang diceritakan satu persatu sehingga membuat pembaca sering lupa, membutuhkan waktu untuk menghafal nama-nama tokoh tersebut terutama untuk pembaca yang pelupa. 

Di akhir cerita penulis juga tidak terlalu memberi detail dalam perencanaan dan properti yang digunakan dalam meluncurkan tindak kejahatan. Banyak hal-hal yang menjanggal dalam penangkapannya, membuat pembaca berpikir kembali. Klimaks cerita seperti berlalu begitu saja dengan mudahnya. 

Akan tetapi, memang peristiwa kejahatan tersebut tidak mudah tertebak karena ternyata memiliki maksud tersirat yang ingin disampaikan.

"Dunia ini rusak gara-gara banyak bawahan yang suka melapor pada atasan senang saja, Sersan! Bawahan macam itu adalah para penjilat! Kalau melaporkan apapun pada saya, apa adanya, Sersan! Jangan dikurang-kurangi, jangan ditambah-tambahi!". (Orang-orang Biasa, hal. 5) 

Zahrah Khairani Karim.

Fakultas Psikologi - Universitas Muhammadiyah Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun