Masa kecil mereka penuh dengan penderitaan, sering di bully oleh kelompok yang lebih kuat, dipukuli oleh orang tua karena tingkah lakunya, dan nasib mereka sangat melantur. Akan tetapi, mereka menikmatinya, tak pernah ada niat untuk merubah nasib tersebut. Mereka hanya bisa menerima dan bersabar, menganggap bahwa memang begitulah alur hidup mereka.
Sampai mereka telah dewasa, dan memiliki anak. Terdapat sebuah berita luar biasa dari salah satu di antara mereka, anak perempuan Dinah, memiliki cita-cita yang luar biasa bahkan sangat mustahil mimpi itu dapat terwujud. Ia ingin berkuliah di kedokteran.Â
Seperti yang kita tahu bersekolah di kedokteran tidaklah mudah dan murah, seolah-olah pendidikan dokter hanya untuk orang kaya saja. Selain itu kecerdasan yang dimiliki anaknya sama seperti Dinah, dan mereka tidak memiliki uang yang cukup untuk membiayai sekolahnya. Bagaimana bisa Dinah memenuhi niat baik anaknya?.
"Kalau kita tertangkap, masa lalu tertangkap. Kalau seorang anak tidak sekolah, masa depan jadi musibah. Aku ikut!". (Orang-orang Biasa, hal. 85)
Hingga akhirnya peristiwa yang selama ini tak pernah ada pun terjadi. Saat perayaan tahunan yang mengukir sejarah Belantik, tindak kejahatan yang luar biasa, disusun dengan sangat matang. Inspektur kepolisian sangat bersemangat untuk menyelidiki kasus tersebut.Â
Akan tetapi, ia bahkan tidak mengetahui siapa pemilik tangan kotor itu. Jejaknya seperti ditelan bumi, tak ada bukti apapun yang dapat memberi petunjuk. Masih menjadi misteri apakah ini sebuah tindak kejahatan atau ada kejahatan di balik kejahatan?.
Dalam buku ini Andrea Hirata memiliki gaya menulis yang berbeda dari novel-novel sebelumnya. Buku ini dikemas dengan alur cerita yang lebih simpel, dan memiliki banyak makna tersirat yang diceritakan.Â
Sebagai pembaca, kita seperti disadarkan oleh tulisannya yang mengisahkan tentang kehidupan orang-orang biasa. Sebenarnya kisah ini banyak terjadi di kehidupan sehari-hari, hanya saja kita kurang menyadari atau bahkan mengacuhkannya begitu saja.
Di dalam buku ini, penulis banyak memberikan kritikan yang cukup pedas untuk para petinggi dan orang-orang tingkat atas melalui dialog antar tokoh. Khususnya kritikan untuk dunia pendidikan yang kurang memperhatikan hak masyarakat golongan ekonomi rendah.Â
Banyak pelajaran yang dapat diambil dari novel ini diantaranya dengan menghargai pengorbanan orang tua, bekerja keras ketika ingin mendapat sesuatu, Â berpikir kritis dalam menghadapi situasi apapun, dan bersikap jujur.