Buku ini juga menggunakan bahasa yang mudah dipahami, akan tetapi terlalu banyak tokoh yang diceritakan satu persatu sehingga membuat pembaca sering lupa, membutuhkan waktu untuk menghafal nama-nama tokoh tersebut terutama untuk pembaca yang pelupa.Â
Di akhir cerita penulis juga tidak terlalu memberi detail dalam perencanaan dan properti yang digunakan dalam meluncurkan tindak kejahatan. Banyak hal-hal yang menjanggal dalam penangkapannya, membuat pembaca berpikir kembali. Klimaks cerita seperti berlalu begitu saja dengan mudahnya.Â
Akan tetapi, memang peristiwa kejahatan tersebut tidak mudah tertebak karena ternyata memiliki maksud tersirat yang ingin disampaikan.
"Dunia ini rusak gara-gara banyak bawahan yang suka melapor pada atasan senang saja, Sersan! Bawahan macam itu adalah para penjilat! Kalau melaporkan apapun pada saya, apa adanya, Sersan! Jangan dikurang-kurangi, jangan ditambah-tambahi!". (Orang-orang Biasa, hal. 5)Â
Zahrah Khairani Karim.
Fakultas Psikologi - Universitas Muhammadiyah Malang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H