Mohon tunggu...
Zahra Feby Arisanti
Zahra Feby Arisanti Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA

Hobi saya menggambar fanart sambil mendengarkan musik. Di sela-sela waktu suka baca atau menonton film yang berkaitan dengan sejarah. Kadang kala juga suka menonton anime

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pembunuh atau Pahlawan?

1 November 2024   23:40 Diperbarui: 1 November 2024   23:56 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau duluan saja, aku akan membantu pasukan lain" ucapnya sambil memeriksa arlojinya. Harun mempersilakan lalu bersembunyi di balik tembok sedangkan Aji masih berlari menuju tempatnya. Tapi, ada yang aneh. Aji bukannya berlari ke arah pasukan, tetapi malah masuk ke dalam hutan lebat. Harun curiga pada Aji, dia mengendap-endap mengikuti Aji hingga jauh. Harun terhenti saat melihat Aji berbicara dengan tentara Belanda, dia mengintip dan menguping pembicaraan mereka. Terdengar Aji memberitahu rencana TKR melawan musuh. Harun tak percaya apa yang didengarnya. Mereka berdua berpisah, Harun siap melakukan sesuatu pada Aji. Aji berjalan kembali ke area. 

Bruak!

Harun mendadak meninju wajah Aji hingga terjatuh.

"Bang**t! Apa yang kau lakukan?! Dasar pengkhianat!" teriak Harun kecewa pada rekannya.

"Kau mengikutiku ya? Sudah kuduga. Ini bukan urusanmu, jangan ikut campur!" balas Aji sembari bangkit. Kemudian Aji berlari mendahului Harun, tak bisa dibiarkan, Harun pun mengejarnya. Sesampai di tempat serangan berlangsung, Aji terhenti melihat sesuatu. Harun tak tahan dengan kekesalannya, dia menghajar Aji untuk kedua kalinya.

"Sebenarnya apa mau mu, Aji?!" tanya Harun dengan tangan siap memukul.

"Tunggu Harun, ini bukan waktu yang tepat!"

Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari langit. Harun dan Aji melihat ke atas ternyata itu serangan udara dari Congor Merah. Mereka lari menjauh hingga tiarap menghindari serangan, tetapi mereka tetap terkena radiasi dari serangan itu. Mereka bangkit, Aji menyadari ada tentara Inggris siap menembak ke arah Harun. Dia sontak melindungi Harun. Dua peluru mendarat di punggung Aji, mulutnya sampai mengalirkan darah, dia tak sanggup berdiri. Mata Harun terbelalak melihat rekannya memuntahkan darah segar.

"Aji!" teriak Harun menangis sembari memeluk Aji.

"Maafkan aku Harun. Saudara ayahku bekerjasama dengan Belanda, mereka mengancamku untuk memberi tahu rencana TKR atau mereka akan membunuh ayahku. Aku pembunuh ya?" jelas Aji kehilangan tenaga. Harun bingung harus percaya atau tidak setelah melihat Aji berkhianat.

"Maafkan aku Harun, terima kasih telah menjadi temanku. Jangan menangis, cengeng," sambung Aji tersenyum memandang mata Harun yang mengalir deras air mata. Cahaya mata Aji meredup, jiwanya telah pergi ke alam sana. Harun memeluk untuk terakhir kali tetapi pertempuran masih berlanjut. Harun terpaksa meninggalkan Aji sendirian. Kata "cengeng" membuatnya bangkit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun