“Ivan, bertahanlah!” ucap Samudera khawatir. Ivan menjawab dengan anggukan.
Arya tiba-tiba bangkit seraya berkata, “Beraninya kau. Kau akan mati di sini!”
“Ivan, beri aku kameranya!” ucap Samudera memerintah sambil mengulurkan tangannya.
“Kau lah yang akan mati!” balas Samudera yakin. Dia maju beberapa langkah dalam posisi kuda-kuda untuk memotret Arya dengan flash kamera.
Cekrek! cekrek!
“AKH AAARGH”
Samudera terus memotret tanpa henti walau Arya sudah berteriak kesakitan. Sekuat tenaga Arya menahan rasa sakit. Tak tahan dengan kekesalannya, Arya maju menghampiri Samudera. Dia tidak peduli dan terus memotret. Arya berlari mendorong Samudera hingga terjatuh sampai sekujur tubuhnya mendarat di genangan air. Arya di posisi siap melakukan sesuatu dengan pisau kecilnya. Pandangan Samudera menatap Arya tersenyum lebar yang tampak mengerikan. Arya mengangkat pisau kecilnya dan menggenggam erat-erat. Hantaman mata pisau mendarat di perut Samudera sekuat tenaga.
JLEB!
“GAAAGH!” teriakan Samudera penuh rasa sakit.
Mata pisau terus ditancapkan berulang-ulang. Samudera terus berteriak kesakitan hingga tak mampu melawan. Tidak disangka Arya tertawa puas dengan apa yang dilakukannya. Darah dan organ yang tercabik-cabik bercucuran dimana-mana sampai menodai badan Arya hingga pakaian Ivan. Genangan air merah muncul menghampiri posisi Ivan. Adegan berdarah terus berlanjut. Ivan terus mematung dengan mata terbelalak tak bisa berbuat apa-apa, dia benar-benar tak menyangka apa yang terjadi pada kedua sahabatnya. Arya mengangkat pisaunya untuk terakhir kali.
JREGS!