Mohon tunggu...
Zahra Feby Arisanti
Zahra Feby Arisanti Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA

Hobi saya menggambar fanart sambil mendengarkan musik. Di sela-sela waktu suka baca atau menonton film yang berkaitan dengan sejarah. Kadang kala juga suka menonton anime

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peninggalan Penjajah

20 September 2024   12:05 Diperbarui: 20 September 2024   12:27 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Iya. Kita sekalian jalan-jalan aja di Semarang” saran Ivan.

“Ide yang bagus. Besok berangkat jam 10.00 pagi, oke?”

“Oke, siap” persetujuan Ivan dan Samudera.

***

Arya, Ivan, dan Samudera memulai petualangan ke Semarang dengan penuh semangat. Perlu memakan waktu lama untuk sampai ke sana. Petualangan mereka dimulai saat sampai di Kota Lama Semarang, dilanjutan ke Taman Saloka. Kenangan mereka dilalui dengan canda tawa sehingga terasa menyenangkan, tak lupa mengabadikannya dengan kamera milik Arya. Karena mereka terlalu lama di Taman Saloka, tak disadari bahwa hari mulai gelap. Sesuai janji yang sudah dinanti-nanti petualangan ini diakhiri mengunjungi Lawang Sewu. Petulangan menantang akan segera dimulai.

“Akhirnya kita sampai di Lawang Sewu. Keinginanku terwujud juga” ucap Ivan dengan rasa lega.

“Sudah kuduga kau akan senang. Ayo beli tiket dulu” balas Samudera tiba-tiba.

Selama perjalanan Arya dan Samudera sibuk menyiapkan kamera dan alat penerang, sedangkan Ivan hanya mengandalkan senter dari ponselnya.  Setelah membeli tiket mereka mulai mengelilingi Lawang Sewu yang luasnya tak terbayangkan dipikiran mereka. Mereka berjalan mengelilingi tanpa dipandu karena tak mau mengeluarkan uang sebesar Rp100.000 hanya untuk membayar pemandu wisata.

“Kira-kira dimana pintu ruang bawah tanahnya?” tanya Samudera pada kedua sahabatnya.

“Entahlah, tempat ini lebih luas dari yang kukira. Kita sudah berjalan terus 30 menit tapi gak ketemu-ketemu” jawab Arya yang tampaknya mau menyerah.

“Temen-temen, lihat itu” ucap Ivan berdiri mematung sembari menunjuk arah suatu sudut ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun