Hingga saat ini pantun-pantun yang dibawakan rombongan-rombongan Gambang Rancag disusun secara improvisasi, tanpa cerita rombongan tertentu. Hal itu karena rombongan akan menyesuaikan dengan tempat dan keadaan waktu pergelaran. Kadang-kadang dipanjang-panjangkan, disertai bumbu-bumbu lelucon, untuk menambah kegembiraan penonton.Â
Lebih-lebih kalau malam semakin larut, para perancag berusaha menghilangkan kantuk penonton dengan lawakan-lawakan tanpa direncanakan terlebih dahilu, mimik dan artikulasi memberikan tekanan-tekanan pada cerita atau lawakan yang dibawakan.
Tokoh-tokoh gambang Rancag dewasa ini antara lain Samad Modo dengan Jali alias Jalut dan Ma'in sebagai lawan mainnya, di Pekayon, Entong Dale dengan Bedeh di Cijantung, Jakarta Timur: dan Amsar bersama Ali dan Minggu di Bendungan Jago, Jakarta Pusat. Samad Modo, Amsar dan Rame Reyot telah mendapat penghargaan Gubernur KDKI Jakarta, sebagai seniman tua yang bertahan salama tiga jaman.Â
Pada zaman dulu, penyebaran Gambang Rancag sama luasnya dengan penyebaran Gambang Kromong, karena masing-masing rombongan gambang kromong dilengkapi pula dengan juru Rancag. Namun saat ini sudah tidak banyak lagi seniman Gambang Kromong yang pandai merancag.
Gambang Rancag saat ini mulai jarang ditemukan, jika ada pesta-pesta saja yang memanggilnya Gambang Rancag akan dapat disaksikan oleh generasi millennial saat ini.Â
Nyatanya kebudayaan ini seharusnya dilestarikan dengan seksama oleh generasi muda zaman sekarang. Hal ini tentunya bukan tanpa alasan, agar tidak ada pengakuan kebudayaan oleh kelompok lain atau negara lain yang beberapa waktu ini menjadi sorotan publik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI