Mohon tunggu...
Zahra Ainaiya
Zahra Ainaiya Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Institut Bisnis Nusantara

Pribadi yang sukar menulis dan mengedepankan tulisan dalam menyebarkan informasi

Selanjutnya

Tutup

Film

Film Action Terbesar, 13 Bom di Jakarta

22 Oktober 2024   06:20 Diperbarui: 22 Oktober 2024   06:24 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tantangan yang dihadapi Oscar (Chicco Kurniawan) dan William (Ardhito Pramono) tidak hanya datang dari waktu yang semakin sempit, tetapi juga dari jaringan teroris yang sangat terorganisir dan licin. Dalam perjalanan, Oscar (Chicco Kurniawan) juga harus menghadapi konspirasi yang lebih besar dari yang ia duga, yang melibatkan pihak-pihak yang tidak terduga, sehingga pada akhirnya bom di sejumlah titik dapat diberhentikan.

Alur cerita yang menarik dan penuh kejutan disetiap adegannya membuat penonton terus dibuat penasaran, dirancang untuk menjaga adrenalin dari perburuan bom hingga pertarungan sengit antara badan Intelijen dengan teroris.

Para pemain, seperti Chicco Kurniawan, Ardhito Pramono, dan Lutesha, berhasil menghidupkan karakter mereka dengan sangat baik. Chemistry yang kuat antara para pemain membuat penonton ikut merasakan emosi yang sedang mereka alami.

Salah satu daya tarik dari film 13 Bom di Jakarta ini adalah tokoh Arok yang diperankan oleh Rio Dewanto sebagai pemeran utama, digambarkan sebagai seorang teroris yang terlibat dalam serangkaian serangan bom di Jakarta, dengan rencananya yang berbahaya. Sosok Arok digambarkan memiliki kecerdasan dan ketelitian dalam merencanakan setiap aksi teror, yang membuatnya menjadi ancaman serius bagi keamanan kota. Karakter Arok dikenal dengan sikap dingin, tanpa ampun, dan manipulatif dalam menjalankan misi-misinya.

Motif Arok dalam melakukan serangan ini tidak hanya didorong oleh ideologi, tetapi juga oleh kepentingan pribadi dan rasa dendam terhadap pihak-pihak tertentu.

Arok dikisahkan memiliki masa lalu yang di mana ia terjerat dalam masalah ekonomi yang besar. Ia memiliki utang besar akibat keputusan bisnis yang gagal atau mungkin karena tertipu oleh pihak lain. Kesulitan ekonomi ini membuat Arok kehilangan segalanya, termasuk keluarga dan martabatnya. Perasaan frustrasi dan putus asa ini mendorongnya untuk beralih ke jalur radikal.

Dalam pandangannya, sistem ekonomi dan pemerintah yang korup adalah penyebab utama kesengsaraannya. Arok percaya bahwa dengan menghancurkan simbol-simbol kekuasaan dan ekonomi, dia bisa membalaskan dendam dan menebus kegagalannya. Bom-bom yang dia rencanakan diletakkan di tempat-tempat strategis yang mewakili kekuatan ekonomi Jakarta, seperti pusat bisnis, bank, atau gedung pemerintahan.

Sebagai bentuk mendukung jalan cerita, penggunaan sistem teknologi canggih menjadi salah satu bagian penting dari film ini. Meningkatkan ketegangan dalam perencanaan dan pelaksanaan aksi teror Arok yang menggunakan perangkat teknologi canggih untuk mengendalikan bom secara jarak jauh.

Mereka mampu meledakkan bom di berbagai lokasi tanpa berada di tempat kejadian, memanfaatkan teknologi yang sulit dilacak oleh pihak keamanan Intelejen Negara.

Film ini juga memperlihatkan peran ahli teknologi, seperti hacker  yang bekerja di belakang layar untuk meretas sistem yang digunakan oleh Arok, melacak sumber komunikasi, serta menghentikan bom-bom dari jarak jauh. Berupaya membobol  dan melawan serangan siber yang dilakukan oleh Arok dan timnya.

Sangat menarik bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun