"Aku yakin Mas Tresno kuat. Semoga segera Allah memberikan yang lebih baik lagi, ya, Mas." Aku menepuk punggung Mas Tresno pelan-pelan. Untungnya beberapa saat setelah pemadam kebakaran datang, api segera padam.
"Yati?" Mendengar suara seseorang memanggilku dari belakang. Aku melepaskan pelukan Mas Tresno.
"Mas Walid di sini?"
Baca juga:Â Wanita Malam dari Desa (Bab 8)
Mas Walid pergi begitu saja tanpa menjawabku. Jelas di wajahnya tampak kecewa. Gawat ini. Mas Walid bisa salah paham. Kenapa di saat seperti ini Mas Walid harus hadir, sih?
"Mas! Tunggu!"
Aku mengejarnya. Tiba-tiba aku terjatuh oleh batu yang tadi tak kulihat. "Aduh, sakit." Di cahaya temaram lampu jalan, terlihat darah mengalir di lututku. Perih. Saat pandanganku menyisir ke sekitar, bayangan Mas Walid sudah tak ada.
"Maafkan aku, Mas Walid," lirihku sembari meringis kesakitan.
Aku berusaha bangkit sendiri. Di sekitar sepi, tak ada orang yang bisa membantuku. Meski tertatih, aku masih berusaha mencari Mas Walid. Istirahat sebentar di kursi kayu yang kutemui menurutku pilihan terbaik. Kutenggelamkan tangan ke tas jinjing yang melekat di tubuhku, hendak mengambil sapu tangan. Namun, belum sampai kudapat seseorang menyodorkan sapu tangannya di hadapanku. Kudongakkan wajahku, mencari tahu siapa orang itu.
***
Terima kasih sudah mampir di sini. Jangan lupa share, ya. Oh, ya kamu juga bisa mengunjungi youtube cerita keren untuk cerita-cerita menarik lainnya.Â
https://www.youtube.com/watch?v=M0s3M7v9uTM&list=PLzgjcne0tYCkR4kVY04m9_McYzwfanjlA&index=9