Bab 9: Pelanggan Tetap Mas Walid
Ah, aku tak boleh berharap banyak. Aku tahu diri dengan kondisiku yang terlalu rumit ini. Mas Walid tak akan mau lagi denganku.
"Lha, Mas Walid kenapa di sini?"
"Aku di sini karena menunggu pelanggan karpet. Kamu?"
Oh, ya aku tadi belum jawab jawaban Mas Walid karena penasaran atas dirinya. "Aku di sini ...."
Belum sampai aku menjawab, tiba-tiba suara Pak Tohir memanggil nama Mas Walid.
"Yati kenapa berdiri di situ? Enggak masuk?" tanya Pak Tohir.
"Eh, iya, Pak." Aku lekas masuk dengan kikuk.
Bagaimana jika Mas Walid tahu tentang pekerjaanku? Ah, apa masalahnya kalau dia tahu? Dalam otakku bertempur sendiri dengan beberapa pertanyaan yang absurd. Aku menggeleng kepala. Aku lanjutkan dan masuk ke ruang yang sudah dikonfirmasikan oleh Pak Tohir tadi.
Dalam pelayananku tak sadar aku menumpahkan air minum pelangganku. Sampai-sampai dia protes. Aku yang masih belum bisa fokus pun pamit, lantas berlalu tanpa menghiraukan pelangganku itu. Aku berlari ke tempat parkir mobil.
"Di mana Mas Walid? Aku harus memberitahunya dahulu," lirihku.