Bab 3: Berhasil Lolos
Benar. Aku pun mengeluarkan ponsel dari tas. Nama Mas Tresno kucari. Setelah ketemu, segera kutekan layar untuk memanggil. Saat sambungan telepon masih berbunyi 'tut', hujan tiba-tiba reda. Kemudian, kugagalkan menelepon Mas Tresno. Ponsel kumasukkan kembali dalam tas.
"Terima kasih, Kak." Aku segera berlalu setelah membayar belanjaan di keranjang.
Aku berlari kencang supaya tak bertemu hujan lebat kembali. Air sisa-sisa hujan pun membasahi rok celana yang kukenakan. Saat sampai di depan kamar indekos, hujan turun lagi. Aku menghela napas, lega.
"Alhamdulillah. Sampai kos dengan selamat."
Dengan napas masih memburu, aku bermonolog. Tanpa kusadari di depan kamar sudah berdiri Pak Tohir. Aku terkejut bukan main. Kayak hantu jailangkung saja. Datang tak diundang.
"Halo, Yati." Tangannya melambai, genit berikut dengan kedipan satu matanya.
"Ya Allah. Sejak kapan Bapak di sini? Jantungku serasa mau copot."
"Sudah sejak tadi. Aku sengaja menunggumu."
Pak Tohir mendekatiku. Tangannya hampir saja menyentuh daguku. Untungnya segera kutangkis. Meski berstatus seorang janda, aku juga punya harga diri. Tak mau sembarang orang menyentuhku.