Mohon tunggu...
Zahid Paningrome
Zahid Paningrome Mohon Tunggu... -

Creative Writer zahidpaningrome.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The President

29 Agustus 2016   10:48 Diperbarui: 29 Agustus 2016   11:09 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kebetulan pak saya juga mau mengundurkan diri, cukup adil bukan?” Remeh Elina.

“Elina!! Bodoh!!”

“Oops, ada yang marah besar” Elina tertawa keras. “Tenang saja pak presiden kegaduhan ini tidak akan membuat jabatan anda hilang, siapa yang berani menangkap seorang presiden yang dinilai pro rakyat, presiden yang hanya mencuri ide pembangunan dari orang lain. Butuh waktu lama untuk para dewan memutuskan anda harus turun dari jabatan, Birokrasi yang ribet. Presiden sampah, pencitraan teruusss!!” Pak Presiden muntab, belum sempat dia menjawab, Elina sudah menutup teleponnya.

Perkataan Elina benar, tidak ada yang berwenang menangkap presiden. Masalah ini membuat kegaduhan. Demo besar-besaran terjadi di Ibu Kota, meminta Presiden turun dari jabatannya, ini sudah berlangsung seminggu lamanya setelah rekaman pembicaraan pertamakali disebar. Elina belum resmi mengundurkan diri, Pak Presiden juga belum jadi memecat Elina. Ibu Kota luluh lantak, banyak dari penduduk memilih sejenak keluar dari Ibu Kota. Para Mahasiswa dari seluruh negeri tidak henti-hentinya berorasi siang dan malam, menganggap presiden menjual negara ini kepada negara-negara Arab.

Pak Presiden berpikir keras untuk mengembalikan keadaan negara menjadi normal lagi. Dua minggu berjalan kegaduhan masih terjadi, Ibu Kota semakin Luluh Lantak. Istri Pak Presiden menyarankan untuk turun jabatan, ketua umum partai dan koalisi partai pengusung presiden juga menyarankan hal yang sama. Presiden semakin bingung, jika dia mengundurkan diri Elina akan menggantikannya. Jika pak presiden memecat Elina sebelum mengundurkan diri, masyarakat akan semakin membenci presiden.

Hari ke enambelas. Pak Presiden memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden, Pukul sepuluh pagi Elina dilantik menjadi Presiden. Tidak ada pembicaraan antara Elina dan Pak Presiden. Pak Presiden yang kini mendapat gelar mantan presiden langsung meninggalkan Istana. Seluruh penjuru kota bergembira kegaduhan berubah menjadi tawa kegembiraan karena perjuangan yang tidak sia-sia untuk menggulingkan presiden yang dulunya dianggap Presiden pro rakyat. Pesta diadakan dimana-mana, kembang api dan suara terompet menghiasi langit ibu kota hingga malam. Enambelas hari yang kelam, perekonomian negara luluh lantak. Mata uang melemah.

Pukul sembilan malam, sebelas jam setelah Elina dilantik menjadi Presiden. Elina meminta staff kepresidenan meninggalkannya sendiri untuk menelpon seseorang.

“Thankyou, brother. Sedikit kacau tapi semuanya berjalan dengan lancar,” Ucap Elina.

“Dengan senang hati, Elina,” Balas Presiden Irak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun