Tubuhnya kaku, ia paksakan menoleh ke sumber suara.
Bayangan putih, tinggi, besar, terlihat samar. Bau harumnya semerbak menusuk hidung.
"Mancing opo Le?" Suara tanya dari arah bayangan.
Nadanya sudah berbeda. Ada tawa tertahan. Gus tak segera menjawab. Sepertinya beliau mengenal suara ini.
"Seperti suara abah." Pikirnya.
"Waduh! Bagaimana ini?" Kebingungan.
Beliau tak bisa berkutik. Tertangkap basah. Oleh abah-nya sendiri.
"Abah! Abah!" Panggil beliau memastikan.
Ada rasa takut memuncak di ubun-ubun. Membayangkan takjir yang akan dialami. Malu bertubi-tubi, kala dilakukan di depan santri.
"Ajur, ajur, mumur." Batinnya ambyar.
"Ayo cepat pulang!" Perintah abah, begitu berwibawa.