"Mau ditaruh dimana wajahku, jika mereka tahu." Gumam beliau dalam hati.
"Gus, kok mancing? Gak pantas." Pertanyaan atau anggapan itulah yang menghantui beliau.
Bakda ngaji. Ya, setelah ngaji lah waktu yang bisa dipakai. Malam hari, setelah pukul 21.00, baru bisa keluar pesantren.
Pancing ditaruh di rumah orang yang tak mengenalnya. Keluar pesantren tetap bersarung dan bersongkok. Ganti pakaian dekat rumah tempat peralatan pancing dititipkan.
Pakaian biasa dengan topi setengah menutupi wajah. Menyusuri sungai mencari spot yang optimal.
"Sepanjang sungai, kok banyak yang mancing. Nanti mereka mengenalku. Malu. Ditaruh dimana harga diriku?" Otak beliau penuh pikiran tersebut.
"Nich, ketemu!" Pikirnya girang, suatu saat.
Tempat cocok untuk melemparkan kail. Beliau pun duduk dan mengeluarkan segala peralatan.
"Dapat!" Teriak beliau suatu ketika.
"Yak, dapat!" Teriak Gus untuk kedua kali. Seakan tak bisa menahan rasa. Maklum sudah ngempet mancing lama. Lama dan lama banget.
Malam semakin larut. Entah jam berapa. Pun sudah berapa kali beliau teriak kegirangan.