Mungkin saatnya kita berpikir lebih jauh, apakah kita perlu menilai kualitas buku berdasarkan nomor identifikasi atau justru melalui substansi kontennya?Â
Pertimbangkanlah, mungkinkah kita sedang melihat awal dari transformasi besar-besaran dalam dunia penerbitan, di mana nomor ISBN bukan lagi penentu utama kualitas suatu karya?
Dan, dengan alternatif seperti QRCBN yang muncul, apakah kita sebenarnya sedang menyaksikan kelahiran era baru di mana metode tradisional seperti ISBN perlu ditinjau ulang?Â
Bagaimana masyarakat pembaca dan pelaku industri penerbitan merespons perubahan ini? Adakah sudut pandang yang belum kita eksplorasi?
Semua ini tentu saja mengundang perdebatan dan refleksi mendalam.
 Terlepas dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan lembaga penerbitan, mari berpikir bersama-sama: apakah kita siap untuk menyambut perubahan besar ini dalam dunia penerbitan Indonesia?Â
Dan lebih penting lagi, apa kontribusi kita sebagai individu dalam menciptakan perubahan yang positif dan berkelanjutan?
Mungkin saatnya kita melepas stigma dan bersiap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Dipersilahkan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H