Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ingin Mengubah Nasib, Bukan tentang Siapa yang Hendak Dipilih

7 Februari 2024   09:13 Diperbarui: 7 Februari 2024   09:16 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu siapa yang nanti akan terpilih..? Ini dia masalahnya. Membuat kepala jadi pening. Baik buat ketiga kandidat. Juga buat kita sendiri. Kandidat pusing, khawatir kalah suara. Alias jadi pecundang.

Sementara bagi kita, pusing oleh sebab bingung menentukan arah pemberian suara. Karena ya itu tadi, erat kaitannya dengan nasib. Kira-kira siapa diantara kandidat yang bisa mewujudkan harapan. Pasangan urut Satu, Dua atau Tiga..?

Pertanyaannya kemudian, khusus kita sekalian, maunya yang bagaimana.? Maka latar belakang lalu menjadi tolok ukur dalam memilih ketiga kandidat capres-cawapres. Untuk kepentingan apa suara kita berikan..? Buat memenuhi kehendak pragmatis atau idealis..?

Kalau pragmatis, ya ukurannya jangka pendek. Misal saat mendekati hari coblosan. Yang ada dikelas "recehan", menerima amplop berisi uang ratusan ribu yang diberikan Tim Sukses saja sudah cukup.

Sementara bagi yang di golongan elit, lebih besar dari sekedar uang. Ambil contoh bargaining atas satu posisi macam kursi kabinet, komisaris di satu BUMN atau sejenisnya. Kalaupun toh mau uang, tentu jumlahnya ada di kisaran milyar rupiah.

Lalu bagaimana dengan para pemilih yang ada di kelompok idealis, meskipun itu juga buat kepentingan diri sendiri..? Yang disini punya nilai lebih jauh dari sekedar uang atau posisi. Yang idealis memberikan suara buat kepentingan masa depan.

Sekedar pengelompokan semata, para pemilih yang akan kasih suara pada pilpres 2024 nanti ada enam jenis. Versi saya ini bukan dalam rangka menyaingi data yang sudah di rilis oleh beberapa lembaga survei. Tapi semata ingin mempermudah penjelasan.

Pertama, golongan pemilih pemula dikalangan pelajar tingkat SMA. Kedua, yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Ketiga, para ASN. Keempat karyawan swasta. Kelima kaum professional wiraswastawan. Keenam, para pemilih yang ada di kelompok pensiunan atau purna tugas.

Apa saja kepentingan enam kelompok idealis tersebut saat mencoblos pasangan capres-cawapres pada pemilu 2024 nanti..? Latar belakang demikian saya kira penting diketahui oleh para kandidat.

Dan ini dia yang kemungkinan besar menjadi kepentingan mereka. Anak-anak kita yang sekarang masih belajar di SMA, tentu berharap UKT masuk Perguruan Tinggi yang terkontrol, murah dan tidak membebani orang tua.

Anda tahu, belakangan ini soal UKT menjadi isu besar di kalangan perguruan tinggi. Bahkan sampai ada universitas yang menawarkan solusi lewat pinjaman online atau pinjol. Miris bukan..?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun