Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ingin Mengubah Nasib, Bukan tentang Siapa yang Hendak Dipilih

7 Februari 2024   09:13 Diperbarui: 7 Februari 2024   09:16 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran Tiga Kandidat Capres Cawapres. Sumber Foto Kompas.com

Sebagai pembuka, perlu di perjelas tentang kata "nasib" pada judul diatas. Kalau merujuk pada pengertian umum dan dipahami sehari-hari, diartikan takdir yang sudah ditentukan oleh Tuhan.

Sedang "nasib" di tulisan ini bukan soal itu. Namun mengarah pada kondisi hidup kita sehari-hari. Apa yang kita inginkan dan alami. Mau sejahtera, sehat,makmur, senang, tenang dan kenyang..?

Tanggal 14 Pebruari 2024 mendatang kita akan memilih pejabat yang nanti punya kuasa di lembaga legislatif dan eksekutif. Di legislatif ada kandidat anggota DPR RI, DPD RI dan DPR Daerah. Di eksekutif terdapat Capres-cawapres.

Lalu mengapa saya sebut punya kuasa..? Karena di tangan dan lisan merekalah, hidup kita di tentukan. Melalui tangan, mereka bisa tanda tangan apa yang akan kita terima. Dan lewat lisan, mereka bisa mengarahkan jalan untuk kita, kalau suatu saat butuh sesuatu.

Naahh, di situlah nasib sebagaimana saya singgung diatas, akan terkena dampak. Salah pilih, kondisi kita bakalan "tidak akan baik-baik saja". Atau malah jangan-jangan bernasib sangat buruk. Naudzubillah.

Sebaliknya, benar pilih kandidat, senyum senantiasa bisa menghiasi wajah kita. Dan rasa bahagia selalu menyelimuti hidup selama lima tahun ke depan. Siapa yang tidak ingin seperti itu..?

Makanya, saya kasih saran kepada anda-anda sekalian. Jangan salah pilih ya.. Terutama untuk kandidat capres cawapres. Mengapa, karena pemegang kuasa di lembaga eksekutif ini cuma satu orang. Saat hendak ambil keputusan, sulit cari kontrol atau pembanding.

Kalau salah pilih anggota legislatif, meskipun ini juga tidak bagus, masih mending. Sebab jumlah mereka ada puluhan di DPRD Kabupaten dan ratusan di DPR RI dan DPRD Provinsi. Jika salah satu keliru, pasti ada yang lain buat mengkritisi.

Persaingan di capres-cawapres. Sudah maklum, ada tiga pasang kandidat yang akan tarung rebutan elektoral pada pilpres 2024 pekan depan. Saat ini, ketiganya lagi getol-getolnya turun ke bawah buat menarik simpati pemilik suara.

Masing-masing adalah Anis Baswedan-Muhaimin Iskandar di nomor urut Satu. Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka urut Dua. Serta Ganjar Pranowo-Mahfud MD urut Tiga.

Lalu siapa yang nanti akan terpilih..? Ini dia masalahnya. Membuat kepala jadi pening. Baik buat ketiga kandidat. Juga buat kita sendiri. Kandidat pusing, khawatir kalah suara. Alias jadi pecundang.

Sementara bagi kita, pusing oleh sebab bingung menentukan arah pemberian suara. Karena ya itu tadi, erat kaitannya dengan nasib. Kira-kira siapa diantara kandidat yang bisa mewujudkan harapan. Pasangan urut Satu, Dua atau Tiga..?

Pertanyaannya kemudian, khusus kita sekalian, maunya yang bagaimana.? Maka latar belakang lalu menjadi tolok ukur dalam memilih ketiga kandidat capres-cawapres. Untuk kepentingan apa suara kita berikan..? Buat memenuhi kehendak pragmatis atau idealis..?

Kalau pragmatis, ya ukurannya jangka pendek. Misal saat mendekati hari coblosan. Yang ada dikelas "recehan", menerima amplop berisi uang ratusan ribu yang diberikan Tim Sukses saja sudah cukup.

Sementara bagi yang di golongan elit, lebih besar dari sekedar uang. Ambil contoh bargaining atas satu posisi macam kursi kabinet, komisaris di satu BUMN atau sejenisnya. Kalaupun toh mau uang, tentu jumlahnya ada di kisaran milyar rupiah.

Lalu bagaimana dengan para pemilih yang ada di kelompok idealis, meskipun itu juga buat kepentingan diri sendiri..? Yang disini punya nilai lebih jauh dari sekedar uang atau posisi. Yang idealis memberikan suara buat kepentingan masa depan.

Sekedar pengelompokan semata, para pemilih yang akan kasih suara pada pilpres 2024 nanti ada enam jenis. Versi saya ini bukan dalam rangka menyaingi data yang sudah di rilis oleh beberapa lembaga survei. Tapi semata ingin mempermudah penjelasan.

Pertama, golongan pemilih pemula dikalangan pelajar tingkat SMA. Kedua, yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Ketiga, para ASN. Keempat karyawan swasta. Kelima kaum professional wiraswastawan. Keenam, para pemilih yang ada di kelompok pensiunan atau purna tugas.

Apa saja kepentingan enam kelompok idealis tersebut saat mencoblos pasangan capres-cawapres pada pemilu 2024 nanti..? Latar belakang demikian saya kira penting diketahui oleh para kandidat.

Dan ini dia yang kemungkinan besar menjadi kepentingan mereka. Anak-anak kita yang sekarang masih belajar di SMA, tentu berharap UKT masuk Perguruan Tinggi yang terkontrol, murah dan tidak membebani orang tua.

Anda tahu, belakangan ini soal UKT menjadi isu besar di kalangan perguruan tinggi. Bahkan sampai ada universitas yang menawarkan solusi lewat pinjaman online atau pinjol. Miris bukan..?

Adik-adik yang sekarang sedang menjalani pendidikan di Perguruan Tinggi, saya yakin mereka ingin mengakses lapangan kerja. Siapa yang tak bergembira, begitu wisuda langsung mendapatkan pekerjaan..?

Sekedar flashback, visi misi membuka 10 juta lapangan kerja oleh Presiden Jokowi saat pilpres 2019 lalu hingga kini masih menjadi pertanyaan banyak kalangan. Bahkan ada yang mengakitkanya dengan tenaga kerja asing.

Beralih ke saudara-saudara kita yang berprofesi sebagai PNS, anggota TNI dan Polri. Harapan mereka adalah kesejahteraan. Bukan cuma soal kenaikan gaji. Tapi juga tentang dana pensiun.

Bagaimana masa depan mereka setelah purna tugas..? Apakah masih bisa memenuhi kebutuhan hidup..? Jangan-jangan malah tekor. Dana pensiun yang diterima tak cukup buat makan sehari-hari.

Mereka yang saat ini bekerja di beberapa perusahaan swasta, amat memerlukan perlindungan kerja. Baik di sektor keselamatan maupun besaran gaji yang diterima. Sudah sesuai tidak dengan UMR yang di tentukan oleh pemerintah..?

Kita tahu, masalah itulah yang dari dulu hingga kini masih tetap mencuat di kalangan para buruh. Hingga tak salah kiranya kalau soal keselamatan kerja dan UMR senantiasa jadi isu yang selalu muncul saat perayaan hari buruh.

Terakhir, teman-teman kita yang ada di profesi sebagai pengusaha. Memang benar, mereka tak butuh lowongan dari pemerintah. Karena sudah dapat menciptakan lapangan kerja sendiri. Bahkan merekrut banyak orang.

Tapi tentu saja harapan mereka tidak cuma selesai sampai di situ. Para pengusaha butuh kestabilan dan kesinambungan. Demi menjalankan roda usaha. Dan agar tetap bisa menggaji ratusan atau ribuan karyawan yang mereka "openi".

Saat ini, para pembaca ada di kelompok pemilih yang mana..? Masih belajar di SMA, sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi, menjadi abdi negara atau sudah pensiun, karyawan swasta atau pemilik perusahaan..?

Baik yang masih tergolong pragmatis atau sudah mencapai level idealis, tentukan pilihan sesuai kepentingan masing-masing. Kira-kira siapa diantara pasangan nomor urut Satu, Dua dan Tiga yang bisa memenuhi ekspektasi para pembaca sekalian. Tapi saran saya, jangan demi selembar amplop.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun