Alhamdulilah, Timnas Garuda Indonesia lolos babak 16 besar piala asia 2023. Sebuah prestasi yang pastinya sangat layak untuk di syukuri. Dan kita sebagai rakyat Indonesia, terkhusus insan sepak bola, patut bangga.
Namun entah kenapa, ada saja yang masih memandang sinis, untuk tidak saya katakan nyinyir sebenarnya, atas keberhasilan itu. Apa motivasinya..? Kurang senang, ingin cari panggung, atau cuma sekedar “buka mulut” demi konten..?
Tulisan ini tak hendak menyajikan perkiraan tentang bagaimana kans Timnas di babak 16 besar lawan Australia. Akan menang, seri lalu adu pinalti atau kalah..? Biarlah soal ini dibahas oleh yang lebih ahli.
Saya sendiri awalnya berpikir akan menulis topik lain. Tapi mencermati beberapa tanggapan pasca 2 hari Timnas lolos, saya kok jadi geregetan untuk merespon. Bukan apa-apa. Saya lihat sudah agak keterlaluan.
Memang benar, mayoritas Netizen yang aktif di pelbagai medsos mengapresiasi sangat positif terhadap keberhasilan Indonesia lolos 16 besar. Kalau di kalkulasi secara statistik, lebih banyak ketimbang yang sinis.
Namun suara sinis itu terlalu berisik. Persis tong kosong, yang kalau ditabuh berbunyi amat nyaring. Nabuhnya pakai semangat 45 lagi. Saya pikir, memang disengaja buat tujuan tertentu. Saya yakin, tujuan ini pragmatis tentunya.
Saya pilah-pilah, suara berisik terhadap Timnas setidaknya meliputi tiga hal. Pertama, mempertanyakan sikap bangga para Netizen terhadap Timnas. Katanya, terlalu berlebihan. Mbok ya bersikap biasa saja.
Hallo saudara, capaian masuk babak 16 besar itu baru pertama kali dalam sejarah 4 kali keikut sertaan Timnas di Piala Asia. Masak meluapkan kesenangan terhadap prestasi langka ini, dengan cara memberi pujian cukup tinggi tidak boleh. Ya perlu di pertanyakan, dimana empatinya…?
Kedua, dianggap memanfaatkan regulasi. Benar memang, Timnas Garuda lolos babak 16 besar di pengaruhi oleh hasil imbang Oman versus Kirgistan. Tapi ingat, ketentuan ini merupakan sebuah aturan.
Dimana seluruh negara peserta, dan pastinya juga para pendukung masing-masing, sudah paham akan hal itu. Artinya, seperti apapun proses masuk ke 16 besar, tetap merupakan satu bagian yang wajib dijalani oleh seluruh Tim yang bertarung.
Ketiga, sorotan terhadap pelatih Timnas Shin Tae-yong atau STY. Sejak awal, bahkan jauh sebelum gelaran piala asia 2023, eksistensi STY kerap kali di kritik tajam. Dianggap tak mampu mempersembahkan prestasi.
Penyebabnya, karena selama di pegang Pak Shin, belum ada satupun trofi yang sukses dipersebahkan buat bangsa Indonesia. Bahkan, karena hal ini pelatih Shin pernah di desak mundur oleh beberapa kalangan.
Pantaskah ketiga hal tersebut dilontarkan oleh masyarakat Indonesia..? Terbatas sebagai masukan iya. Agar menjadi pandangan yang perlu diperhatikan oleh seluruh komponen Timnas. Mulai dari unsur pelatih, pemain, pengurus dan pemerintah.
Namun kalau ketiganya adalah sebuah sikap, rasanya tidak pantas. Apalagi ditampilkan oleh pihak yang terhubung langsung dengan eksistensi Timnas, macam anggota PSSI atau yang lain. Ini namanya menjatuhkan diri sendiri di depan orang banyak.
Flashback kebelakang sejenak, saya lihat amat keras sekali perjuangan Timnas Garuda untuk bisa menapaki babak 16 besar piala asia 2023. Anda tahu kan bagaimana upaya anak-anak Garuda sebelum ini.
Mereka memulainya dari bagian paling bawah. Mending jika berada dibabak Kualifikasi. Lha ini, masih dibawahnya lagi. Yaitu babak Playoff Kualifikasi. Yang juga sekaligus sebagai periode awal kepelatihan STY.
Syukur alhamdulilah ketika itu Timnas sukses mengalahkan China Taipe dengan skor 5-1. Lanjut ke fase kualifiksi, Indonesia harus menghadapi Nepal, Yordania dan Kuwait. Untuk Nepal agak ringan. Terbukti, Indonesia melumat negara ini dengan skor 7-0.
Tapi menghadapi Yordania dan Kuwait.., bukan main beratnya. Secara peringkat, Timnas kalah jauh. Yordania ada di urutan 87. Sedang Kuwait di atasnya lagi, yakni 63. Peringkat Indonesia..? Ada di ranking 146.
Bagaimana hasil pertarungan Indonesia versus Yordania dan Kuwait ketika itu..? Kalah memang saat menghadapi Yordania. Tapi atas kerja keras anak-anak Garuda, gawang Indonesia cuma kebobolan satu gol.
Lalu, berkat perjuangan tak kenal lelah saat melawan Kuwait, hasil maksimal bisa di raih. Saat menghadapi Kuwait, Timnas suskes memetik 3 poin. Mampu mengalahkan negara minyak itu dengan skor 1-2.
Masuk ke event yang sebenarnya, yaitu babak awal gelaran Piala Asia 2023 di Qatar. Indonesia ada di Grup D bersama Irak, Jepang dan Vietnam. Ini teramat sangat berat. Bisa dibilang, betul-betul grup neraka buat Indonesia. Irak, apalagi Jepang, amat jauh dibanding Indonesia.
Sesuai perkiraan banyak pengamat, di Qatar keduanya mampu mengalahkan Indonesia dengan skor masing-masing 3-1. Masih lumayan. Juga berkat perjuangan amat keras, anak Garuda tak jadi lumbung gol. Bahkan mampu memasukkan bola, meski cuma satu biji.
Menghadapi Vietnam, nah ini dia yang patut di acungi 2 jempol. Melawan negara yang banyak di huni oleh para Nguyen itu sungguh bukan perkerjaan ringan. Ada beban psikologis teramat besar di pikiran anak-anak Garuda, terutama di pundak pelatih Shin.
Tak perlu digambarkan lebih jauh, Vietnam wajib di kalahkan. Sementara pendapat diluaran, Indonesia justru di presiksi akan kalah. Tapi faktanya..? Vietnam keok, meski cuma di bobol sebiji gol oleh Timnas Indonesia.
Untuk sampai ke babak 16 besar dan menghadapi Australia nanti, terlebih dulu Indonesia harus berjibaku menghadapi lawan dari negara lain mulai dari babak Playoff, lanjut ke kualifikasi dan yang baru saja terjadi finish di peringkat 4 terbaik ranking 3 grup D.
Hallo saudara, dengan proses yang sangat berat dan panjang seperti itu, apakah Timnas Garuda masih disebut cuma memanfaatkan aturan..? Apakah masih juga dikatakan lolos karena “kebaikan” Kirgistan..?
Atau juga tetap di klaim berlindung dibalik ungkapan “beruntung”..? Jika tetap menjawab iya, maka perlu dipertanyakan kemana rasa syukur yang saudara miliki..? Juga perlu dipertanyakan, seperti apa mental kebangsaan saudara.
Faktor keberuntungan, atau campur tangan Tuhan berkat doa yang dipanjatkan seluruh rakyat Indonesia, patut di akui memang ada. Tapi mbok ya perjuangan anak-anak Garuda sejak awal layak juga dilirik. Tidak bisa di nafikkan begitu saja.
Atau jangan-jangan saudara memang tergolong pada kelompok yang tidak ingin sepakbola kita suskes di bawah pelatih Shin Tae-yong. Mungkin juga saudara berdoa sebaliknya. Berharap Timnas Garuda mengalami nasib buruk macam Vietnam..?
Pelatih Shin, menurut saya telah menorehkan kesuksesan. Memang bukan sebentuk trofi. Melainkan “cuma” keberhasilan menciptakan pondasi dan dasar-dasar permainan yang baik dan benar bagi Tim. Yang secara jangka panjang amat menjanjikan.
Anda tahu, keberhasilan yang begitu itu nilainya lebih tinggi dibanding sekedar trofi. Kapan saja, Indonesia saya yakin akan dapat trofi. Tapi mudah lepas dan gampang pindah ke Timnas negara lain.
Akan lain ceritanya kalau dapatnya trofi terjadi karena kondisi sepak bola kita persis sebagaimana diletakan oleh Pelatih Shin. Pasti lebih awet dan prestasi yang di torehkan Timnas Garuda akan lebih konsisten.
Lalu bagaimana sikap yang patut di tunjukkan pada piala asia 2023 sehubungan dengan fakta Indonesia dua kali kalah dan hanya sekali menang tapi tetap lolos ke babak 16 besar..? Ungkapan STY sesaat setelah Indonesia lolos layak di cermati.
Dikutip dari berbagai sumber, kata Shin “Tanpa kerja keras, Yang Diatas (Tuhan) takkan memberi kesempatan seperti ini (lolos 16 besar)”. Jadi, mulai sekarang marilah kita belajar untuk “Menghargai usaha, meskipun harus realistis melihat hasil”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H