Begitu sembuh total, anak saya yang bontot itu pasti saya antar balik ke pondok. Untuk kembali belajar seperti biasa. Mungkin ada yang tanya, kira-kira bagaimana mood anak bontot saya saat hendak dikembalikan belajar ke pondok pesantren..?
Ogah-ogahan, sedih, tak bersemangat, menolak atau bahkan berontak..? Sekedar anda tahu, meski agak lama dirumah dan anggap saja "menikmati" liburan oleh sebab sakit, anak bontot saya tak mengalami semua gangguan kejiwaan itu.
Hal yang sama juga di alami oleh kedua kakaknya. Ketika masih mondok dulu, saya tak mengalami kesulitan apa-apa saat harus mengembalikan si sulung dan si tengah balik ke pesantren pasca libur panjang ramadhan.
Saya bukan seorang pakar atau ahli dibidang psykologi. Saya tak tahu, apa istilah yang tepat untuk disematkan pada ketiga anak saya dalam rangka menggambarkan kondisi mood mereka pasca libur panjang.
Yang jelas, begitu saya buka Topik Pilihan Kompasiana tentang Post Holiday Blues, dan cari-cari informasi lebih jauh, nampaknya berbeda dengan sikap anak saya pasca menikmati hari libur panjang.
Di beberapa referensi, Post Holiday Blues diartikan sebagai sindrom yang memunculkan rasa sedih ketika libur panjang hendak berakhir. Yang kemudian mengakibatkan seseorang tidak semangat untuk beraktifitas.
Lha, ini yang terjadi pada ketiga anak saya justru sebaliknya. Bukan cuma tak bersedih, mereka malah gembira ketika hari libur hendak berakhir. Perasaan saya, mereka kelihatan lebih kerasan di pondok ketimbang dirumah.
Masih berdasar  beberapa referensi yang saya kulik, setidaknya terdapat tujuh tanda-tanda Post Holiday Blues. Yaitu, merasa sedih serta cemas, kurang bersemangat, stres atau depresi, agak susah tidur, merasa kesepian, gampang marah dan sering melamun.
Adapun cara mengatasi, saat usai liburan kerjakan hal kecil lebih dulu, curhat pada orang terdekat, olah raga, heling di alam sekitar, tidur yang cukup, konsumsi makanan sehat, cari tontonan yang menghibur atau lucu dan jangan lupa buat jadwal atau schedule liburan.
Sekali lagi, saya bukan pakar atau ahli psykologi. Sehingga kurang berani mengurai tujuh tanda beserta cara mengatasi Post Holiday Blues tersebut. Kalau dipaksakan, tentu dapat menyesatkan.
Hanya saja, sehubungan dengan kondisi mood anggota keluarga saya pasca liburan, yang nampaknya berbeda sebagaimana gambaran diatas tadi, saya perlu membuka bocoran tentang kebiasaan dirumah ketika menikmati hari libur. Baik panjang maupun pendek.