Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pengalaman Seorang Saudara Mengelola Tambak

12 November 2023   12:40 Diperbarui: 12 November 2023   12:55 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang keluar "keringat" banyak, ya pastilah lebih banyak pula terima "duit". Demikian pula sebaliknya. Dan sekedar tahu, tambak tradisional memang identik dengan banyak "leha-leha".

Sementara tambak intensif, perlu tenaga ekstra. Makanya, yang jenis intensif identik dengan "banyak kerja". Jadi, mengelola tambak intensif harus rajin bekerja. Kalau malas, alamat gagal.

Berikut ini perbandingan dari segi lain. Pertama, masalah pakan. Apapun komoditi yang dipelihara, baik udang maupun bandeng, didalam tambak tradisional tak perlu disediakan pakan secara kontinyu.

Selesai tebar bibit, ya biarkan saja. Nanti bibit-bibit komoditi itu akan berusaha mencari dan menemukan pakan sendiri yang tersedia secara alami dikolam tambak. Biasanya berupa plankton dan ganggang atau lumut.

Bisa juga diberi pakan tambahan. Tapi tidak harus. Namanya juga ingin biaya murah. Cukuplah mengandalkan ketersediaan pakan alami. Lalu biarkan begitu saja. Hingga tiba waktu panen.

Tapi untuk kolam tambak intensif tidak bisa seperti itu. Karena ingin dapat panen melimpah dan hasil banyak, perlu keluar duit ekstra buat beli pakan di toko. Guna memberi makan bibit komoditi dua kali sehari.

Perbandingan kedua dari segi perangkat. Mengelola tambak tradisional tak perlu alat-alat tambahan. Apalagi harus modern. Sebagaimana diatas tadi, cukup ada lahan, kasih air payau dan tebar bibit. Maka tambak sudah bisa ditunggu hasilnya.

Sebaliknya, mengelola tambak intensif harus disediakan perangkat tambahan sebagai pendukung. Macam kincir air misalnya. Yang fungsinya buat memutar sirkulasi udara. Jika diperlukan, bisa beli alat lain.

Ketiga, perbandingan dari segi jumlah komoditi dan masa panen. Kalau di kolam tradisional, bibit yang bisa di tebar sekitar 3000-5000 untuk jenis bandeng. Dan sekitar 60-100 per meter persegi buat bibit udang.

Tapi kalau di kolam jenis intensif, bibit yang ditebar bisa dua kali lipat banyaknya. Karena faktor ini pula, maka hasil panen tambak intensif akan lebih banyak dibanding yang tradisional.

Masa panen tambak intensif juga lebih cepat dibanding tradisional. Kalau masa panen di intensif bisa dilakukan setelah masa waktu sekitar 2 s/d 2.5 bulan, maka di kolam tradisional hingga mencapai 4 bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun