Dalam konteks pilpres 2024, juga ada pengaruh terhadap rencana AHY untuk dijadikan cawapres. Entah sebagai pendamping Anies atau siapapun. Bisa-bisa, AHY dijegal. Alasannya, karena AHY merupakan bagian dari anggota keluarga SBY. Dimana mantan presiden ini dulunya dipersepsikan tak punya kemampuan mengendalikan "anak buah" untuk tak berbuat korupsi.
Sekedar saran, ada baiknya Demokrat mulai berbenah. Tujuannya menjaga hasil survei yang mulai membaik. Agar tetap stabil hingga nanti sampai pada pelaksanaan pemilu legislatif. Juga untuk memberi proteksi kepada AHY sebagai kandidat cawapres. Supaya tak jadi bulan-bulanan lawan politik. Akibat menanggung "dosa turunan" jaman SBY berkuasa dulu.
Menilik beberapa masalah yang selama ini kerap muncul ke permukaan, pembenahan dilakukan terhadap cara diplomasi dan upaya lobby. Demokrat dan para elitnya perlu memahami momentum serta materi saat ingin menyampaikan pernyataan. Juga melatih kesabaran dalam hal membawa nama AHY untuk disodorkan sebagai cawapres. Tak perlulah bersikap baper seperti dikatan M. Kholid dari PKS.
Yang lebih penting, harus ada inovasi terhadap branding dan strategi. Tata ulang keduanya. Menurut saya, jangan lagi di ulang-ulang menyampaikan keberhasilan SBY saat memerintah. Apalagi harus di "banding-bandingke" dengan prestasi yang telah dicapai oleh pemerintahan saat ini. Biarkan rakyat yang kasih penilaian.
Untuk strategi, perlu di perlunak sedikit. Sekali lagi, jangan terlalu bernafsu membawa nama AHY sebagai cawapres. Kata M. Kholid PKS, bawa enjoy saja. Ooo ya, tak usah tiru-tiru Ketua Umum PKB Cak Imin yang kelihatan agresif ingin buat komposisi baru jika Prabowo gandeng orang lain. Mengapa, karena kondisinya beda. Dikoalisi AHY ada tiga parpol. Sementara di Cak Imin cuma dua.
Saya kira, rencana SBY "turun gunung" kini sudah waktunya untuk benar-benar direalisasikan. Demi menyelamatkan Partai Demokrat. Sementara dalam konteks pilpres, guna mengajak Surya Paloh dan Salim Segaf duduk bertiga pada satu meja. Mencari titik terang soal nasib AHY. Kalau jadi cawapres kapan deklarasinya. Dan kalau tidak, bagaimana tindak lanjut berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H