Disamping merupakan keponakan Sayyidah Khadijah, menantu Nabi ini terkenal saudagar kaya, pribadi berakhlak, amanah dan pintar berdagang.Â
Karena kelebihan itu, Sayyidah Khadijah usul pada suaminya, Rasulullah SAW, agar menikahkan keponakannya itu dengan putri pertama mereka Sayyidah Zainab. Rasul SAW. setuju.
Memang benar, pernikahan Sayyidah Zainab dengan Abul Ash bin ar-Rabi' terjadi sebelum ada larangan. Diketahui, setelah masuk tahun ke-6 hijrah, tepatnya pasca perdamaian Hudaibiyah, Rosul SAW menerima wahyu dari Allah SWT. Isinya, tentang batasan kaum muslim laki dan perempuan menikah beda agama. Wahyu itu termaktub dalam surat Al-Mumtahanah ayat 10.
Walhasil, pada akhirnya Abul Ash bin ar-Rabi' masuk islam. Hidup kekal sebagai suami istri bersama Sayyidah Zainab. Namun sebelum itu, kisah nikah beda agama putri Rasul SAW. terpotret penuh keharuan, dramatik sekaligus sarat nilai-nilai kebijaksaan.Â
Hal ini tergambar dari seluruh proses perjalanan Rosul SAW. Baik ketika masih berdakwah di Mekkah. Lalu hijrah dan tinggal menetap di Madinah. Hingga pasca menang perang lawan suku qurasyi. Yang dikenal dengan peristiwa Fathu Mekkah.
Setelah menikah, hidup pasangan suami istri putri dan menantu Rosul SAW tersebut penuh kebahagiaan. Masing-masing saling mencintai satu sama lain. Abul Ash bin ar-Rabi' tidak mau lepas dari Zainab. Demikian pula sebaliknya.Â
Mengikuti latar belakang suaminya, Sayyidah Zainab masuk golongan bangsawan. Namun tetap dermawan, bersahaja dan belas kasih kepada siapapun. Karena beberapa kelebihan tersebut, keluarga ini menjadi terpandang.
Kebahagiaan mereka tetap berjalan hingga Nabi SAW menyampaikan tentang datangnya islam. Bahkan terus berlangsung meskipun pada beberapa waktu kemudian Nabi hijrah ke Madinah. Sebagai kelanjutan dakwah karena keberadaan Nabi di Mekkah terancam. Bangsa qurasyi sebagai penduduk mayoritas dan sekaligus penguasa, tidak sudi Muhammad membawa ajaran baru yang berbeda dibanding keyakinan nenek moyang mereka.
Meski begitu, tidak sedikit penduduk Mekkah yang iman kepada ajaran Nabi SAW. Berikrar mengucap dua kalimat syahadat. Tak terkecuali Sayyidah Zainab. Putri Nabi ini juga masuk islam. Namun tidak dengan suaminya. Abul Ash bin ar-Rabi' kukuh beriman kepada agama nenek moyang suku qurasyi. Dengan kata lain, menantu Nabi ini adalah seorang non muslim.
Di titik ini Sayyidah Zainab telah menjadi seorang muslimah. Sedang suaminya, ketika itu tergolong kelompok kafir. Biarpun lain keyakinan, pasangan ini masih tinggal serumah sebagai suami istri "beda agama".Â
Seperti keluarga pada umumnya yang terikat oleh perkawinan, kehidupan mereka berjalan normal. Mereka tetap bahagia. Tidak terganggu sama sekali oleh keyakinan masing-masing. Hal ini ditambah oleh sikap Rasul SAW yang sangat bijaksana. Beliau sama tidak mengusik kondisi "beda agama" rumah tangga putrinya.