Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Gapapa Pamer saat Mudik, Jangan Dipermasalahkan

13 April 2022   11:18 Diperbarui: 13 April 2022   11:34 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepintas, pamer diartikan sebagai kegiatan menunjukkan kelebihan diri sendiri agar diketahui pihak lain. Kelebihan bisa berupa apa saja. Harta, kepandaian, pangkat atau beberapa kelebihan yang dipandang orang lain tidak punya. Atau kalaupun punya, tingkatannya ada dibawah diri sendiri.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI, disebutkan bahwa pamer adalah menunjukkan (mendemonstrasikan) sesuatu yang dimiliki kepada orang lain dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan untuk menyombongkan diri. Arti menurut KBBI ini, setidaknya memperlihatkan dua hal inti. Pertama upaya memperlihatkan. Kedua dengan maksud menyombongkan diri.

Dalam islam, pamer tergolong sebagai perbuatan syirik. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa syirik itu ada dua macam. Pertama syirik besar. Yakni perbuatan menyekutukan Allah. Ini bukan jenis yang main-main. Tergolong sangat berat. Dosanya sulit diampuni. 

Kedua syirik kecil. Yakni perbuatan pamer atau riyak. Dalam hadits HR. Ahmad, Rasul SAW bersabda : "Sesungguhnya yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik ashghar (syirik terkecil)." Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik terkecil, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Yaitu riya' (pamer)". Maka sesuai sabda Rasul SAW ini, umat islam dilarang untuk pamer.

Tradisi pulang kampung yang dilakukan umat islam pasca lebaran, memang identik dengan fenomena pamer saat mudik. Ingin menunjukkan kelebihan hasil kerja keras. Berupa naiknya jumlah kuantitas benda-benda fisik. Anda ingin sukses pamer saat mudik..?. Gampang. 

Jika sebelumnya naik kendaraan umum, tahun ini bawalah motor. Jika sudah pernah bawa motor, berikutnya gantilah dengan mobil. Istri anda juga begitu. Jika sebelumnya cukup pakai perhiasan imitasi. Sekarang pakailah emas asli. 

Jika dulu emasnya hanya satu buah cincin kecil, sekarang pakailah sepaket perhiasan lengkap. Selain ada cincin dimasing-masing sepuluh jari, tambah pula empat gelang dan kalung leher yang beratnya hingga seperempat kilo. Persis toko emas berjalan. Jangan khawatir. Saya jamin, cara ini akan berhasil membuat anda juara. Dan meraih predikat suka pamer saat mudik

Namun ketahuilah, itu adalah perbuatan tidak terpuji. Keluar dari esensi mudik. Esensi yang sebenarnya tidak begitu. Lalu seperti apa..? 

Berikut saya paparkan sekelumit. Pertama, mudik yang dalam bahasa Jawa punya arti muleh sithik (pulang sebentar), adalah momentum untuk menjunjung tinggi tanah kelahiran. Salah satu kegiatan yang dilakukan, yakni ziarah ke makam para leluhur. 

Kedua, selain hendak merayakan lebaran dikampung, mudik juga diniatkan untuk menghilangkan penat. Dengan pulang ke kampung halaman, rasa capek fisik dan pikiran karena konsentrasi kerja yang berat selama satu tahun, menjadi sirna. Kembali fresh seperti sedia kala. Ketiga, mudik mengandung dimensi ibadah social. 

Mempererat tali silaturahim antar sesama umat islam. (Sumber rujukan NU Online, Mudik, Spiritualitas Nusantara Selasa, 4 Juni 2019).

Disitu jelas terlihat bahwa esensi mudik tidak hanya diukur dari adanya kegiatan fisik. Seperti aktifitas pulang kekampung halaman menggunakan mobil pribadi dan pakai perhiasan emas bak toko berjalan tadi. Esensi mudik ternyata juga mengandung nilai-nilai spriritual, yang erat kaitannya dengan kepuasan bathin. 

Yakni, kegiatan untuk mengembalikan jati diri pada kondisi yang fitrih. Kembali suci dan bersih seperti sedia kala. Lebur segala dosa dan kesalahan. Caranya mungkin tidak sama. 

Tergantung adat istiadat yang berlaku ditiap-tiap didaerah. Tapi yang paling umum dilakukan adalah saling sambang, silaturrahin datang bertamu ke sanak saudara dan family. Sambil salam-salaman dan mohon maaf. Ditambah menikmati suguhan makanan khas hari raya.

Karena mudik ada kaitan dengan kepuasaan batin itulah, maka ada sebagian umat islam yang salah memilih cara. Bukan lewat cara-cara baik seperti silaturrahim tadi. Tapi malah pamer harta. Berlomba-lomba ingin disebut sebagai orang paling sukses dan kaya raya. Tak penting lagi nilai-nilai spriritual untuk kembali ke fitrah, menghilangkan rasa penat dan berjumpa dengan orang tua atau sanak family. Yang utama justru ingin menunjukkan mobil mewah dan seperangkat perhiasan emas.

Maka itu, mudik lalu menjadi sarana mengkotak-kotakkan tingkatan manusia. Yang kaya harta dianggap berhasil melakukan mudik. Sedang yang tidak berpunya, tergolong sebagai manusia gagal. Jadinya, umat islam yang telah sukses berjuang melewati puasa sebulan penuh, dinilai berdasar materi. 

Sebuah penilaian yang sungguh sangat rendah. Bukan lagi penilaian agung semacam leburnya dosa dan kepuasan bathin karena kembali ke fitrih..

Naah, berhubung  ada penilaian yang bersifat materi itulah, lalu ada pemudik yang merasa minder. Saat mudik, merasa tidak pantas berbaur dengan para tetangga. Itu bagi yang sudah kadung pulang berada dikampung halaman. 

Sementara bagi yang belum mudik, dimana tahun kemarin punya pengalaman dikotak-kotakkan sebagai manusia gagal, karena masih naik kendaraan umum atau hanya pakai perhiasan imitasi, lalu jadi enggan pulang kampung. Lebih baik tetap ditempat kerja, daripada kembali jadi bahan bulian. Ini jelas sebuah kondisi yang sangat merusak. 

Akibat terjadinya salah kaprah dalam memaknai keberhasilan mudik. Akhirnya, makna mudik tereduksi. Menjadi kecil dan sangat rendah. Tidak bermakna sama sekali.

Lalu apakah tidak boleh mudik menggunakan fasilitas pribadi yang dimiliki seperti modil dan perhiasaan.? Padahal itu adalah hak, sebagai apresiasi hasil kerja keras selama setahun..? Bukankah kenyataan itu juga bisa membahagiakan keluarga dikampung.? 

Memang betul, siapa yang tidak gembira, punya anak atau saudara sukses dirantau. Terlebih lagi, masih dibawakan oleh-oleh. Dan pada kesempatan lain, juga ditambah ajakan tamasya ke tempat-tempat wisata. Tentu ini sesuatu yang luar biasa. Yang mungkin tidak akan dialami oleh semua orang. 

Karenanya, orang mudik bawa fasilitas mewah itu mestinya di syukuri. Bukan malah di nilai negative. Dianggap perbuatan pamer saat mudik .

Sebagai sebuah penilaian, pamer bersifat relative dan subyektif. Ukurannya tidak pasti. Juga tidak memiliki angka yang tetap. Dapat berubah-ubah, tergantung waktu dan tempat. Sifat penilaian pamer juga tergantung pada siapa yang menilai. 

Kepada pihak tertentu dan pada suatu  momen, pamer mungkin harus dihambat. Karena dampaknya membuat situasi jadi buruk. Tapi terhadap pihak dan pada momen yang lain, pamer justru sangat dibutuhkan. Karena dapat menimbulkan dampak positif. Pamer yang begini ini, tentu wajib dilakukan.

Melihat hal diatas, nampak bahwa pamer tergantung pada niat. Ada hubungan dengan tujuan dan target yang ingin dicapai. Kalau buruk, semata hanya untuk menunjukkan banyaknya jumlah harta benda seperti saat mudik tadi, ya jelas tidak patut. Wajib distop. 

Karena dapat menimbulkan ekses negative. Tapi kalau baik, macam yang dilakukan oleh organisasi  pemerintah, swasta dan perorangan tadi, ya harus didukung. Jangan malah dihambat. Karena ada dampak positif didalamnya. Seperti munculnya peluang pengembangan usaha, peningkatan modal, datangnya investor, membuka peluang kerja dan sebagainya. 

Jika ada pihak yang inisiatif hendak melaksanakan, perlu didorong agar sukses. Jangan dihambat. Kalau perlu, intensitasnya ditambah. Bukan hanya sekali dua kali. Tapi berkali-kali.

Sebenarnya, banyak factor mengapa umat islam mudik menggunakan fasilitas harta benda. Selain untuk sekedar pamer saja, tentu ada juga yang punya niat demi lancarnya perjalanan. Mulai dari saat hendak pergi dari rumah, hingga nanti balik pulang kembali. 

Jika demi kelancaran semacam ini, mudik membawa harta benda adalah sesuatu yang wajib. Tidak bisa dinilai sebagai perbuatan pamer saat mudik. Pakai mobil, agar perjalanan nyaman. Menghindari kesulitan dan gangguan yang mungkin ditemui jika menggunakan kendaraan umum. 

Pakai perhiasan, sekedar untuk dandan sederhana. Sekalian jaga-jaga. Siapa tahu, nanti dijalan butuh dana dadakan. Dengan menyimpan perhiasan, tidak sulit susah payah harus kesana-kemari cari pinjaman. Cukup cari toko emas, masalah dana dadakan dengan cepat bisa diatasi.

Tapi, meskipun punya niat baik demikian rupa, ya juga jangan berlebihan. Pakai perhiasan seadanya saja. Tak perlu sampai berkilo-kilo, hingga semua anggota tubuh dipenuhi logam berjenis emas. Persis seperti toko berjalan tadi. Pakailah satu, atau maksimal dua saja. Jika masih dirasa kurang, boleh bawa lebih banyak. Tapi jangan dipakai semua. Simpanlah dalam tas. Untuk kemudian, nanti dikeluarkan lagi jika sudah dibutuhkan.

Anda hendak pulang kampung pada lebaran tahun ini..? Persilahkan bawa harta benda. Tapi niatkan untuk kebaikan. Jangan untuk niat pamer saat mudik. Agar anda tidak dicap sombong seperti kata KBBI diatas. Bagaimana cara agar terbebas dari perasaan ingin pamer harta..? 

Berikut sekelumit kiat-kiat supaya anda tidak suka pamer. Pertama, usahakan selalu menahan diri untuk bicara soal harta benda. Apalagi sampai share di medsos seperti fenomena yang selama ini sering terjadi. Kedua, sadarilah, bahwa diatas langit masih ada langit. 

Anda mudik pakai mobil seharga lima ratus juta. Persilahkan. Tapi jangan dipamer-pamerkan. Siapa tahu, anda akan ketemu dengan sanak saudara yang harga mobilnya satu milyard lebih. Jadinya, anda akan malu luar biasa.

Kedua, tanamkan rasa rendah diri, bahwa harta yang didapat bukan murni hasil usaha sendiri. Tapi ada pengaruh dan bantuan orang lain. Bahkan yang lebih penting, pahami bahwa harta itu hanya titipan dari Allah. Yang sewaktu-waktu bisa diambil kembali. 

Ketiga, sering-seringlah bersedekah dan keluarkan zakat kepada yang membutuhkan. Dengan sedekah dan zakat, harta benda milik anda akan bersih. Dan ingat, memakai harta yang bersih, batin anda akan terbebas dari sifat-sifat buruk. Termasuk sifat sombong ingin pamer saat mudik.

Mudik adalah kegiatan tak terpisahkan dari rangkaian bulan suci ramadhan. Anda yang merasa belum sukses secara materi, jangan rendah diri untuk pulang kampung. Mengapa..? Karena nilai esensi mudik tidak terletak pada kuantitas harta yang bisa ditunjukkan kepada sanak saudara. 

Sadarilah, bahwa esensi mudik terletak pada nilai-nilai spiritual dan social. Yang akan membuat anda kembali ke fitrih. Suci tanpa dosa. Bagai bayi baru lahir. Amiinn...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun