Orientasi seks bagi calon-calon pengantin baru, mulai mendapatkan apresiasi yang positif.
"Ini amat bermanfaat." kata salah satu calon pengantin cewek. "Saya mengalami banyak peristiwa seksual sepanjang hidup saya, sangat natural, dan orientasi seks mampu menyimpulkan pengalaman-pengalaman saya selama ini dan saya mendapatkan tambahan wawasan mengenai seks. Saya berharap calon suami saya juga mempunyai persepsi yang sama mengenai seks sehingga pengalaman seks yang akan kami rintis setelah menikah mampu menjadi pengalaman yang paling indah sepanjang hidup kami.."
Efeknya, aku diundang di sebuah televisi swasta untuk melakukan wawancara eksklusif mengenai program-program selanjutnya terkait seks.
**
"Nampaknya, Anda sudah mulai mengusulkan perihal kurikulum seks di sekolah-sekolah, Mr. President.." si presenter yang cantik mulai memancingku.
"Iya. Ada semacam sentuhan seks. Tapi saya tak mau menyebutnya sebagai pendidikan seks. Saya akan menamakannya sebagai 'Pendidikan Kedewasaan Manusia'." jawabku.
"Ada alasan mengenai itu?"
"Sebuah pendidikan kedewasaan manusia akan lebih komprehensif membahas segala aspek pertumbuhan manusia. Bukan hanya sekedar seks. Ini akan menyentuh aspek psikologi juga. Tidak hanya fisik. Ruhani juga. Tidak hanya jasmani."
"Bisa diberi contoh?"
"Yaa.. misalkan seorang anak remaja yang mulai puber dan melakukan onani setiap hari.. kepada anak itu akan kita berikan konsultasi privat mengenai pertumbuhan kedewasaannya. Jadi agar tak ada efek psikologis baginya. Agar ia tidak kaget.. tidak minder.. tidak syok.. dan bagaimana ia menyikapi itu semua. Pengalamannya itu. Soalnya.. ya.. terus terang.. ketika kita mengalami hal-hal seperti itu untuk yang pertama kalinya.. kita amat kaget secara psikologi.. dan waktu itu.. tak ada sama sekali yang menunjukkan mengapa hal itu terjadi pada saya.. eh.. lho.. kok ngelantur.."
"Jadi.. maksud Mr. President.. dulu sewaktu Mr. President.. puber.. sering melakukan onani setiap hari.. ?"