Mohon tunggu...
Zuhdy Tafqihan
Zuhdy Tafqihan Mohon Tunggu... Tukang Cerita -

I was born in Ponorogo East Java, love blogging and friendship..\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Andai Aku Presiden RI Episode 67 – “Merayu (Part-1)”

26 Februari 2010   01:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:44 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siapa yang paling jago merayu wanita di dalam legenda kuno negeri ini? Tentu saja adalah si jagoan cinta yang bernama Don Juan Arjuna Kridha Asmara. Dia datang dari Negeri Seribu Cinta. Tanpa bermaksud menyinggung klenik, mungkin saja arwah si Don Arjuna telah masuk ke dalam sukmaku untuk minggu ini.

DENG DENG!!

**

"Apa Anda nanti tidak salah langkah, Mr. President?" tanya Ontoseno.

"Mengapa? Apakah ada yang perlu dikhawatirkan?" tanyaku balik.

"Iya. Pers akan menyorot, bahwa Anda kurang kerjaan, bahwa jiwa Anda tidak stabil, bahwa Anda hanya memburu wanita untuk kepentingan politik.. dan lain-lainnya.." seloroh Ontoseno.

"Itu kecil bagiku."

"Yang dan lain-lainnya.. itu yang saya khawatirkan.."

"Apanya?"

"Kalau ketahuan sama Mbak Natalia.."

"Haha.. aku sanggup memberi alasan yang masuk akal kepadanya.."

**

Dan rencana telah dimatangkan. Sasaran utama adalah Putri Awan, anak petinggi partai oposisi. Aku tidak membawa api dendam. Aku tidak ingin menjadi istimewa di matanya. Tapi aku tahu ada peristiwa penting bagiku yang takkan pernah kulupakan selama hidupku. Mengenai dia.

Kemarin, saat peresmian acara undian tiga bulanan sebuah bank pelat merah, dia menghindar dariku. Dia malah bercanda mesra dengan presenter yang artis itu. Dia pikir, aku adalah lelaki yang hanya beruntung saja menjadi presiden. Ia tidak memikirkan bagaimana aku telah menjadi presiden dengan kerja keras, peluh keringat, dan tetes air mata.

Dan aku meneleponnya berkali-kali, dan mesin penjawab telah membuatku jengah. Maka kusimpulkan, dia telah melupakanku. Dan aku telah terlempar jauh. Hmm.. tidak pernah, Tuan Putri. Tidak akan..

Sekarang ini, Don Arjuna Kridha Asmara telah menjelma menjadi diriku. Aku akan mengejarmu. Aku akan membuat kamu begitu berharap ada ciuman dariku. Meski jika begitu, aku tak akan melakukannya. Ya bukan muhrim kan?? Dosa tahu!! Kecuali jika nikah siri dulu!! Dan itu menjadi polemik!!

**

Beruntung, aku sanggup memberikan janji kepada Putri Awan.

"Aku akan memanjakanmu dimalam ulang tahunmu. Kamu akan menjadi seorang putri yang amat spesial dimalam itu. Tepatnya, sejak matahari terbenam, sampai matahari terbit lagi. Kamu mau, kan?" tanyaku.

"Aku harus menghabiskan malam tahun baruku bersama sahabat-sahabat dekatku, Mr. President. Jadi.. tak ada ruang untukmu.." tolaknya halus.

"Kamu akan kehilangan momen penting ini. Tak selamanya aku menjadi presiden, dan tahun depan sahabatmu akan selalu menunggumu di ulang tahunmu.."

Putri Awan terdiam beberapa saat di ujung sana.

"Jika kamu menolakku, berarti kamu tidak memahamiku. Bukankah aku juga sahabatmu?" selorohku.

Dan Putri Awan masih terdiam.

"Aku tak ingin kamu menyukaiku, atau mencintaiku. Aku hanya ingin kamu memahamiku. Sebaliknya, aku akan selalu mencintaimu.. dan aku tak akan pernah mencoba memahamimu.."

Putri Awan berseloroh,"Mengapa begitu?"

Aku menjawabnya,"Karena cintaku tak punya otak. Kamu terlalu sulit untuk kupahami. Tapi kamu terlalu mudah untuk kucintai.."

**

Seluruh pemangku kepentingan untuk malam istimewa itu telah kupanggil ke istana untuk mempersiapkan segalanya. Aku memanggil Direktur Utama PT. Kereta Api, aku memanggil Angkatan Udara beberapa Skuadron, Abdi Dalem Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat, dan lainnya. Tak bisa kuceritakan satu persatu.

"Buat apa mereka dipanggil semua kesini, Mr. President?" tanya Ontoseno kesal.

"Yaa.. ini rencana rahasiaku untuk Putri Awan, Pak.." jawabku.

"Apa pentingnya..?"

"Gila! Bagaimana penasihat presiden sepertimu tak punya insting politik, Pak Ontoseno? Fraksiku dikeroyok habis-habisan di parlemen. Lobi-lobiku tak mempan untuk beberapa saat. Dan Putri Awan, pemilik partai besar itu sedang pongah diwawancarai media. Ia memang tak menyebut kata pemakzulan. Tapi dia berkoar-koar tentang langkah-langkahnya yang demi rakyat itu. Apa aku tidak spot jantung..?"

Ontoseno terpaku saja melihatku, meski kemudian dia mengangguk-angguk juga.

**

Dan menjelang malam yang istimewa itu, aku telah berada di dekat Putri Awan yang manis dan pintar. Aku dan dia duduk bersanding di sebuah kursi panjang, di bawah pohon kelapa di kawasan Ancol. Sebentar lagi matahari akan bersembunyi, dan malam akan datang. Sunset indah sepanjang masa.

"Aku ingin selalu membuatmu tersanjung dan menjadi wanita istimewa.." kataku.

"Kamu selalu merayuku.." jawabnya.

"Tapi aku tak pernah berniat merayumu. Tanpa kamu cerna kata-kataku pun, kamu sudah tahu.."

"Aku akan melihat apakah esok hari hatiku akan runtuh seperti menara WTC.."

"Jika jawabannya ya.."

"Aku akan melakukan apapun perintahmu.."

"Aku tak mau kamu seperti itu.."

"Lalu?"

"Kamu selalu tahu diriku. Karena kamu yang paling paham denganku. Jadi.. kamu pasti sudah tahu apa yang harus kamu lakukan.."

Putri Awan hanya tersenyum manis saja. Beberapa detik lagi, matahari akan benar-benar tenggelam, dan malam ini akan sangat istimewa. Dia akan berpetualang bersama Mr. President yang telah disusupi arwah Don Arjuna Kridha Asmara.

BERSAMBUNG

Catatan Penulis

Halo temans kompasianers. Jengkel ya ngebaca tulisan bersambung kayak gini. Wakaka.. nggantung lah. Gak sabar liat lanjutannya lah.. Hehe.. sabar dunk. Penulis kayak gue kan juga manusia. Kadang mood nulis, kadang juga manyun aja di depan monitor komputer. Tapi yang jelas, gue selalu ingin menghibur lo-lo padhe lewan coretan-coretan gue ini.

So, pantengin terus ya tulisan-tulisan gue di :

www.kompasiana.com/z

Oh ya.. buat teman-teman yang mo nangkring di Jakarte, met nangkring dan met kopdar. Gue belum bisa kopdar nich.. masih nunggu punya dhuwit dulu buat tiket ke Jakarta dan nginep di hotel hehe... Kecuali ada yang mau ngongkosin.. wakakak..ngarep!!

Sekali lagi, met nangkring dan met kopdar. Persahabatan amat mahal harganya, temans kompasianers. Jadi, bagi yang bisa kesono, jangan lewatkan momen hebat itu. Keep friendship.. I love U all..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun