"Jika kamu menolakku, berarti kamu tidak memahamiku. Bukankah aku juga sahabatmu?" selorohku.
Dan Putri Awan masih terdiam.
"Aku tak ingin kamu menyukaiku, atau mencintaiku. Aku hanya ingin kamu memahamiku. Sebaliknya, aku akan selalu mencintaimu.. dan aku tak akan pernah mencoba memahamimu.."
Putri Awan berseloroh,"Mengapa begitu?"
Aku menjawabnya,"Karena cintaku tak punya otak. Kamu terlalu sulit untuk kupahami. Tapi kamu terlalu mudah untuk kucintai.."
**
Seluruh pemangku kepentingan untuk malam istimewa itu telah kupanggil ke istana untuk mempersiapkan segalanya. Aku memanggil Direktur Utama PT. Kereta Api, aku memanggil Angkatan Udara beberapa Skuadron, Abdi Dalem Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat, dan lainnya. Tak bisa kuceritakan satu persatu.
"Buat apa mereka dipanggil semua kesini, Mr. President?" tanya Ontoseno kesal.
"Yaa.. ini rencana rahasiaku untuk Putri Awan, Pak.." jawabku.
"Apa pentingnya..?"
"Gila! Bagaimana penasihat presiden sepertimu tak punya insting politik, Pak Ontoseno? Fraksiku dikeroyok habis-habisan di parlemen. Lobi-lobiku tak mempan untuk beberapa saat. Dan Putri Awan, pemilik partai besar itu sedang pongah diwawancarai media. Ia memang tak menyebut kata pemakzulan. Tapi dia berkoar-koar tentang langkah-langkahnya yang demi rakyat itu. Apa aku tidak spot jantung..?"