**
Dan rencana telah dimatangkan. Sasaran utama adalah Putri Awan, anak petinggi partai oposisi. Aku tidak membawa api dendam. Aku tidak ingin menjadi istimewa di matanya. Tapi aku tahu ada peristiwa penting bagiku yang takkan pernah kulupakan selama hidupku. Mengenai dia.
Kemarin, saat peresmian acara undian tiga bulanan sebuah bank pelat merah, dia menghindar dariku. Dia malah bercanda mesra dengan presenter yang artis itu. Dia pikir, aku adalah lelaki yang hanya beruntung saja menjadi presiden. Ia tidak memikirkan bagaimana aku telah menjadi presiden dengan kerja keras, peluh keringat, dan tetes air mata.
Dan aku meneleponnya berkali-kali, dan mesin penjawab telah membuatku jengah. Maka kusimpulkan, dia telah melupakanku. Dan aku telah terlempar jauh. Hmm.. tidak pernah, Tuan Putri. Tidak akan..
Sekarang ini, Don Arjuna Kridha Asmara telah menjelma menjadi diriku. Aku akan mengejarmu. Aku akan membuat kamu begitu berharap ada ciuman dariku. Meski jika begitu, aku tak akan melakukannya. Ya bukan muhrim kan?? Dosa tahu!! Kecuali jika nikah siri dulu!! Dan itu menjadi polemik!!
**
Beruntung, aku sanggup memberikan janji kepada Putri Awan.
"Aku akan memanjakanmu dimalam ulang tahunmu. Kamu akan menjadi seorang putri yang amat spesial dimalam itu. Tepatnya, sejak matahari terbenam, sampai matahari terbit lagi. Kamu mau, kan?" tanyaku.
"Aku harus menghabiskan malam tahun baruku bersama sahabat-sahabat dekatku, Mr. President. Jadi.. tak ada ruang untukmu.." tolaknya halus.
"Kamu akan kehilangan momen penting ini. Tak selamanya aku menjadi presiden, dan tahun depan sahabatmu akan selalu menunggumu di ulang tahunmu.."
Putri Awan terdiam beberapa saat di ujung sana.