Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi : 4 Putiba di Latar Yogya

3 Desember 2024   11:11 Diperbarui: 3 Desember 2024   11:14 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertelut di Candi Ganjuran (Sumber: Dokumentasi pribadi 2024)

Di Tepi Selokan Mataram

air di pelupuk mataku terjatuh
membelah kali Progo dan Opak
memandang punggungmu berlalu dari tatap
tinggalkan aroma nafasmu yang lekat

kupandangi wajahku dalam air kali yang beriak
pucat pasi kusut masai
tiga tahun lalu kaulambungkan puji puja cinta
hari ini kaubiarkan jatuh dan karam

di utara Yogyakarta, di tepi Selokan Mataram
kepingan hati kutinggalkan
kepungan ego kutanggalkan
aku hanya membisu dan diam

Menunggu Rama

menunggu kijangmu, Rama-ku
kuhalau kejut cinta sang Rahwana
menggelepar di tengah hamparan pohon kamboja
di bawah langit jingga Keputren Ratu Boko

lengangnya Paseban
menggiringku tetap bergeming;
“setialah selalu, dinda…”, katamu

ragaku melayang di atas rimbun alas Dandaka
berhambur dalam peluk Rama-ku,
air mata berderai jatuh
basahi dadamu, basuh rinduku

Bertelut di Candi Ganjuran (Sumber: Dokumentasi pribadi 2024)
Bertelut di Candi Ganjuran (Sumber: Dokumentasi pribadi 2024)

Bertelut di Ganjuran

di alas Candi Ganjuran,
kubertelut dalam hening
menjuntai doa dan mantra
bercakap dengan khalik dan semesta

di hati-Mu aku berteduh
di kaki-Mu aku bersimpuh
“Sampeyan Dalem Maha Prabu Yesus Kristus, Pangeraning para Bangsa”
titip rindu damai dan sejahteranya bangsaku

angin semilir bertiup
menggoyang delapan lilin di bawah tangganya
asapnya meliuk mengudara
seru doaku menyusup di antaranya

Bakpiaku Tertinggal di Kereta

penuh riuh dalam desak
kuterhimpit di sela rak bakpia pathok 25
tiga puluh menit berlalu
alarm selulerku berdering tak henti

melonjak kuberlari
menuju stasiun Lempuyangan
dalam engah kudisambut senyuman
Ai cantik teman seperjalanan

mataku berkejap-kejap
sempoyongan aku berpamit mengakhiri perjalanan
kubalas lambaian tangannya dari luar kaca kereta
samar kueja bibirnya, “bakpiamu tertinggal di kereta…”

Kenangan di Candi Prambanan (Sumber: Dokumentasi pribadi 2024)
Kenangan di Candi Prambanan (Sumber: Dokumentasi pribadi 2024)
4 Putiba (Puisi Tiga Bait) di atas dimuat dalam Buku Latar Yogya yang diterbitkan oleh komunitas Teras Putiba Indonesia oleh penerbit Delima Sidoarjo Jawa Timur pada bulan Agustus 2024 yang lalu.

Saya berkontribusi dalam buku setebal 188 halaman ini bersama 53 penulis lainnya yang digagas dan dikurasi oleh sastrawan dan dosen ternama Dr. Tengsoe Tjahjono, M.Pd.

Yogya, memang kota penuh memori dan tak akan habis untuk dituliskan, digambarkan, dan dikisahkan. Salam Literasi! (Yy)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun