Di stadion ini lahir Malangsche Voetbal Bond (MVB), Persema Malang dan Arema. Pada awal proses pembangunannya sudah digunakan untuk menggelar pertandingan (1924) dengan kapasitas 5000 single-tribune bagian barat.
Di laman g-sports.id dipaparkan terdapat sembilan tim sepak bola tercatat pernah menggunakan Stadion Gajayana, Kota Malang, sebagai home base atau markasnya dalam mengarungi kompetisi.Â
Sembilan tim itu antara lain adalah :
- Voetbalbond Malang en Omstreken - VMO (1926-1933)
- Malangsche Voetbal Bond - MVB (1928-1933)
- Malangsche Voetbal Unie - MVU (1933-1949)
- PSIM Malang, cikal bakal Persema Malang (1934-1952)
- Persema Malang (1952-sekarang)
- Arema Malang (1987-2008)
- Arema Indonesia (2009 - sekarang)
- Arema FC (2017 - sekarang)
- NZR Sumbersari FC Malang (2018 - sekarang)
Sejarah Nama Stadion Gajayana
Sebelum bernama Gajayana, stadion ini bernama Malang Stadium. Nama Gajayana berasal dari nama raja pertama Kerajaan Kanjuruhan yang berdiri pada abad ke-8 yakni Prabu Gajayana.
Prabu Gajayana yang bertahta selama 29 tahun (760-789) ini dikenal sebagai sosok yang sangat arif dan bijaksana. Beliau sangat dicintai oleh brahmana dan rakyatnya karena merupakan raja yang membawa kedamaian dan ketenteraman.
Gajayana beristrikan Dewi Setrawati, anak pribumi desa Kanjuruhan. Di desa itu Gajayana mendirikan istana dan sejak itu pusat pemerintahan pindah ke Kanjuruhan.
Gajayana memiliki putri bernama Satyadarmika yang menikah dengan Dyah Sangkhara atau Rakai Panangkaran Sri Maharaja Tejahpurnapana Panangkarana, raja Mataram di Jawa Tengah (754-782).Â
Dari pernikahan itu lahirlah Dyah Panunggalan. Rakai Panunggalan yang nama nobatnya Rakai Panunggalan Bhimaparakrama Linggapawitra Jawabhumandala berkuasa di bagian utara Jawa, yaitu di daerah Mamratipura (Medang) selama 18 tahun (782-800).Â
Mungkin raja inilah yang menyatukan Kanjuruhan dengan Mataram, sepeninggal Gajayana yang wafat tahun 789. Hal itu dilihat dari namanya Panunggalan, yang berarti ‘penyatuan’. [wikipedia.com].