Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengintip Stadion Gajayana Malang di Tengah Isu Tukar Guling

12 Januari 2024   15:00 Diperbarui: 12 Januari 2024   15:35 5055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stadion Gajayana Malang, salah satu stadion tertua di Indonesia | Kompas Bola - Suci Rahayu

Suatu senja ketika langit sedang cerah beberapa hari yang lalu, saya sengaja berjalan menyusuri stadion Gajayana menuju ke mal di sebelahnya, Mall Olimpic Garden (MOG). Tampak remaja-remaja berpasangan duduk santai di kursi taman sepanjang trotoar.

Sejak isu "tukar guling" Stadion Gajayana yang berlokasi di Jalan Tenes dan Jalan Semeru ini dialih fungsikan menjadi hotel, saya jadi ikut kepikiran. 

Rumor ini cukup ramai diperbincangkan di masyarakat. Cukup banyak  warga kota Malang menyayangkan hal ini dan mengunggah isi hatinya dalam media sosial.

Jujur saja, saya juga tidak rela bangunan cagar budaya itu disulap menjadi bangunan lain yang berbeda fungsi dari asalnya.

Benarkah wacana itu akan terealisasi?

Pada berbagai media PJ Wali Kota Malang Wahyu Hidayat menegaskan bahwa hal ini tidak benar. (31/12/2023). Yang tepat adalah bahwa stadion ini membutuhkan perbaikan atau renovasi yang cukup serius menjelang Pekan Olahraga Provinsi (Porprof) Jawa Timur tahun 2025 mendatang. 

Beliau juga memastikan stadion Gajayana tidak akan dialih fungsikan. Pemerintah Kota Malang hanya membuka peluang bagi investor untuk dapat membangun stadion ini menjadi tempat yang lebih representatif dan bermanfaat untuk berbagai event penting.

Usulan perbaikan stadion yang masuk dalam cagar budaya ini sudah disampaikan pada Pemprof Jatim dan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR).

Berita terbaru (11/1/2024) Baihaqi sebagai Kepala Dinas Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang menjelaskan bahwa Stadion Gajayana sudah saatnya dilakukan renovasi untuk menunjang kelayakan sebagai venue kegiatan olahraga baik taraf regional maupun nasional.

Dilansir dari tugumalang.id Baihaqi memaparkan bahwa Pemkot Malang telah merancang Rencana Anggaran Belanja (RAB) sementara untuk renovasi Stadion Gajayana. Mulai renovasi stadion terkait penggantian rumput, perbaikan lintasan lari, pengecatan stadion, penambahan 10.000 kursi single seat, scoring board, lampu penerangan dan sarana pendukung lainnya. 

Sesuai RAB sementara yang disusun dibutuhkan dana kurang lebih Rp 36 milyar untuk bagian dalam Stadion Gajayana dalam. Sedangkan untuk bagian luar dibutuhkan sekitar Rp 10 milyar sehingga diperlukan dana Rp 46 milyar untuk renovasi stadion secara keseluruhan.

Berita ini menjadi khabar melegakan bagi warga Kota Malang dan realisasi renovasi stadion menjadi moment yang ditunggu-tunggu. Selain menunggu tampilan baru sebagai venue kegiatan olahraga nasional maupun internasional, masyarakat juga sudah rindu dengan event-event penting yang terpusat di stadion legendaris ini. 

Suasana Stadion Gajayana, Kota Malang, Sabtu (24/10/2020). Pilot Drone: Arya Dega | kumparan.com
Suasana Stadion Gajayana, Kota Malang, Sabtu (24/10/2020). Pilot Drone: Arya Dega | kumparan.com

Jika renovasi ini berjalan baik maka Stadion Gajayana yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Stadion Gajayana, Pemerintah Kota Malang ini akan kembali mempunyai nyawa dan mampu menjadi ikon di Kota Malang seperti konsep awal berdirinya, 100 tahun yang lalu.

Stadion Tertua di Indonesia

Stadion Gajayana merupakan salah satu stadion tertua di Indonesia setelah Stadion Menteng Jakarta Pusat. Stadion Menteng Jakarta Pusat dibangun pada tahun 1921 dengan nama awal Voetbalbond Indische Omstraken Sport (Viosveld) sedangkan Stadion Gajayana dibangun pada 1 April 1924 tepat di HUT ke-10 Kota Malang oleh Wali Kota H.I. Bussemaker. 

Stadion Gajayana baru selesai dibangun lalu kemudian diresmikan  dua tahun kemudian yakni pada 1 April 1926.

Pembangunan Stadion Gajayana menghabisakan dana hingga 100.000 Gulden atau setara 800 juta rupiah pada masa kolonial Belanda.  Konon, wali kota Malang, H.I. Bussemaker sangat terinspirasi dengan bangunan kuno single-tribune yang ada di kota Amsterdam, kota kelahirannya yang bernama Oude Stadion atau Het Nederlandsch Sportpark (1914).

Stadion Gajayana 1950 | Foto : jelajahmalangku.blogspot.com
Stadion Gajayana 1950 | Foto : jelajahmalangku.blogspot.com

Pada pembangunan awal stadion ini menampung 5.000 - 10.000 penonton. Setelah mengalami renovasi di tahun 1990 hingga 1992 dengan mengganti rumput dan penambahan tribune melingkar di utara-selatan-timur, stadion megah ini mampu menampung 17.000 penonton .

Tahun 1996 dilakukan penambahan lampu stadion yang berdaya pancar 800 lux. Penambahan lampu ini menggunakan dana sebesar 2 miliar rupiah.

Renovasi terakhir dilakukan pada tahun 2007-2008 dengan dilakukan penggantian rumput, penambahan dua tribune utama dan meninggikan tribune ekonomi bagian timur. Renovasi ini menelan dana sebesar 25 miliar rupiah dan mampu menampung penonton hingga 30.000 orang. 

Stadion Gajayana memiliki tiga kategori tribune; tribune VIP bawah (1.500 orang), tribune VIP atas (6.000 orang), dua tribune utama (2.000 orang), dan sisanya tribune ekonomi (20.475 orang).

Perjalanan Sejarah Fungsi Stadion Gajayana

Di stadion ini lahir Malangsche Voetbal Bond (MVB), Persema Malang dan Arema. Pada awal proses pembangunannya sudah digunakan untuk menggelar pertandingan (1924) dengan kapasitas 5000 single-tribune bagian barat.

Stadion Gajayana | Foto : rumah.com
Stadion Gajayana | Foto : rumah.com

Di laman g-sports.id dipaparkan terdapat sembilan tim sepak bola tercatat pernah menggunakan Stadion Gajayana, Kota Malang, sebagai home base atau markasnya dalam mengarungi kompetisi. 

Sembilan tim itu antara lain adalah :

  • Voetbalbond Malang en Omstreken - VMO (1926-1933)
  • Malangsche Voetbal Bond - MVB (1928-1933)
  • Malangsche Voetbal Unie - MVU (1933-1949)
  • PSIM Malang, cikal bakal Persema Malang (1934-1952)
  • Persema Malang (1952-sekarang)
  • Arema Malang (1987-2008)
  • Arema Indonesia (2009 - sekarang)
  • Arema FC (2017 - sekarang)
  • NZR Sumbersari FC Malang (2018 - sekarang)

Pemain Arema Indonesia di liga pertama Liga 3 Jatim Grup J melawan PSM Madiun (5/12/2023) | Foto : jatim.tribunnews.com
Pemain Arema Indonesia di liga pertama Liga 3 Jatim Grup J melawan PSM Madiun (5/12/2023) | Foto : jatim.tribunnews.com

Sejarah Nama Stadion Gajayana

Sebelum bernama Gajayana, stadion ini bernama Malang Stadium. Nama Gajayana berasal dari nama raja pertama Kerajaan Kanjuruhan yang berdiri pada abad ke-8 yakni Prabu Gajayana.

Prabu Gajayana yang bertahta selama 29 tahun (760-789) ini dikenal sebagai sosok yang sangat arif dan bijaksana. Beliau sangat dicintai oleh brahmana dan rakyatnya karena merupakan raja yang membawa kedamaian dan ketenteraman.

Gajayana beristrikan Dewi Setrawati, anak pribumi desa Kanjuruhan. Di desa itu Gajayana mendirikan istana dan sejak itu pusat pemerintahan pindah ke Kanjuruhan.

Gajayana memiliki putri bernama Satyadarmika yang menikah dengan Dyah Sangkhara atau Rakai Panangkaran Sri Maharaja Tejahpurnapana Panangkarana, raja Mataram di Jawa Tengah (754-782). 

Dari pernikahan itu lahirlah Dyah Panunggalan. Rakai Panunggalan yang nama nobatnya Rakai Panunggalan Bhimaparakrama Linggapawitra Jawabhumandala berkuasa di bagian utara Jawa, yaitu di daerah Mamratipura (Medang) selama 18 tahun (782-800). 

Mungkin raja inilah yang menyatukan Kanjuruhan dengan Mataram, sepeninggal Gajayana yang wafat tahun 789. Hal itu dilihat dari namanya Panunggalan, yang berarti ‘penyatuan’. [wikipedia.com].

Sangat Melegenda

Stadion Gajayana merupakan saksi sejarah lahirnya penjaga gawang legendaris Timnas Hindia Belanda asal Kota Malang, Tan Mo ‘Bing’Heng. Kiper legendaris kelahiran Malang, 28 Februari 1913 ini terasah di Stadion Gajayana 1928-1944 bersama klub HCTNH Malang (Hua Chiao Tsing Nien Hui) dan Malangsche Voetbal Bond (MVB) serta Malangsche Voetbal Unie (MVU). 

Tan Mo Heng, kiper legendaris asal Tionghoa yang membela tim nasional Indonesia pada Piala Dunia 1938 | Foto : Suarabekaci.id
Tan Mo Heng, kiper legendaris asal Tionghoa yang membela tim nasional Indonesia pada Piala Dunia 1938 | Foto : Suarabekaci.id

Sosok kiper berdarah Tionghoa yang menjadi bagian dari tim Piala Dunia 1938. Ia lahir di era Indonesia ketika masih berada dalam cengkeraman penjajahan bangsa kolonial Belanda. Pada saat itu keberadaan orang-orang Tionghoa memberikan kontribusi besar untuk bangsa Indonesia, termasuk di dunia persepak bolaan.

Selain itu pada lintasan lari stadion ini tertoreh sejarah menjadi tempat favorit latihan fisik pebulutangkis dunia Arek Malang, (alm) Johan Wahjudi (Ang Joe Liang) tahun 1968-1980, Sri Wijanti (1966-1974), dan Hendrawan (Yap Seng Wan) tahun 1987-2002.

Menjadi Ikon

Setelah berkelana dan mengintip sejarah keberadaan stadion ini memang sangat disayangkan jika sampai benar-benar terjadi"tukar guling" menjadi tempat yang jauh perbedaan fungsinya (hotel). Ungkapan-ungkapan keprihatinan masyarakat Kota Malang tersirat sebuah kerinduan Stadion Gajayana ini dapat bergelora kembali seperti untaian sejarah sebelumnya. 

Besar harapan stadion bersejarah ini dapat direnovasi dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman tanpa mengubah gedung aslinya. Lebih keren juga dengan menambah dan memperbaiki fasilitas modern yang mewadahi kebutuhan masyarakat di bidang olah raga seperti yang sudah ada seperti stadion-stadion megah yang ada di beberapa tempat di Indonesia.

Keberadaan lapangan basket, lapangan volley, kolam renang, lintasan lari yang sudah ada dipercantik akan menjadi magnet kuat bagi masyarakat berbagai usia. Letaknya yang dekat kota dan mall merupakan tampat strategis bagi pengunjung sekaligus penggemar olah raga atau sekedar menonton.

Demikian juga jika tempat ini dipergunakan untuk penyelenggaraan event-event bergengsi seperti Pekan Olahraga Provinsi (Porprof) Jawa Timur 2025 mendatang maka jantung kota Malang akan berdenyut dan menjadi ikon di kota Malang.

Salam olah raga! (Yy) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun