Kliniek Lavalette mengalami dua periode perkembangan dengan jatuh bangunnya pada masalah keuangan yang terus mengalami defisit.
Periode pertama di tahun 1918-1928 dan pada periode ini Klinik Lavalette belum mengalami perkembangan yang signifikan.
Periode kedua antara tahun 1929-1942 dan dalam periode ini mulai tampak perkembangannya dengan adanya penambahan sarana dan prasarana. Klinik Lavalette berkontribusi juga dengan memberikan pelayanan pendidikan dan pelayanan asuhan keperawatan.Â
Saat itu fungsinya adalah menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan, dan melaksanakan pelayanan rujukan bagi klinik lain yaitu Klinik Sumber Arum, Klinik Glusing dan Klinik Sumber Telogo.
Pada tahun 1948 Lavalette Kliniek mengalami defisit neraca keuangan secara terus-menerus hingga ada saran untuk melikuidasi klinik.Â
Namun dengan berbagai upaya hal ini tidak sampai terjadi bahkan dapat menambah fasilitas berupa Sanatorium Penyakit Paru-Paru. Lavalette Kliniek juga menyewakan ruangan atau kamar di klinik kepada pihak pemerintah atau pihak ketiga lainnya.
Pada bulan Mei 1958 Lavalette Kliniek diambil alih oleh Pusat Perkebunan Negara karena adanya nasionalisasi oleh pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan dan perkebunan milik Belanda.
Pada tanggal 7 Januari 1961 Lavalette Kliniek diserahkan oleh ketua yayasan Stichting Malangsche Ziekenverpleging kepada Pusat Perkebunan Negara Cabang Jawa Timur.
Setelah resmi dikelola oleh Pusat Perkebunan Negara Jawa Timur, namanya berganti menjadi Rumah Sakit Lavalette. Kemudian pada 26 April 1962 pengelolaan Rumah Sakit Lavalette ini diserahkan oleh BPU PPN Perwakilan Jawa Timur kepada PPN Kesatuan Jatim III, yang kemudian menjadi BPU PPN Gula Inspeksi Daerah VII.