Orisinalitas bangunan sekolah kuno yang masih terjaga dan dilestarikan menjadikannya sebagai aset kekayaan sejarah di Indonesia khususnya di kota Malang.
Gedung yang dibangun di kawasan Celaket berlokasi strategis dan berarsitektur kolonial ini sangat layak menjadi bangunan cagar budaya.Â
Bangunan sekolah kuno yang didirikan oleh tiga orang biarawati Ursulin awal tahun 1900 ini dirancang oleh Westmaas dari Surabaya sesuai keinginan, konsep dan rencana Sr. Angele Flecken, seorang pemimpin muda biara Ursulin di komunitas Kepanjen, Surabaya pada waktu itu.Â
Rencana dan konsep Sr. Angele Flecken ini disampaikan pada Monsigneur Staal, satu-satunya uskup Batavia (Vikaris Apostolik Batavia 1893-1897) di Indonesia ketika berkunjung ke Surabaya pada Juli 1895.
Setelah persiapan dimatangkan, bulan Oktober 1897, Sr. Angele, Sr. Xavier Smeets dan beberapa suster berangkat ke Malang dan menginap di kediaman keluarga Stucky.Â
Bangunan ini mengandung kaidah keseimbangan simetris dan berorientasi religius. Hal ini terlihat dari jendelanya yang banyak dan terdapat gevel dengan hiasan berbentuk busur di sisi kanan kiri bangunan.Â
Bentuk jendelanya mengerucut ke atas seperti busur ini menyimbolkan persembahan pada keagungan Tuhan seperti bentuk jendela pada gereja-gereja Gothic, gaya arsitektur yang muncul di Eropa pada abad pertengahan.
Penerapan dengan konsisten prinsip simetris terhadap sumbu, bangunan menggunakan konsep perulangan Golden Section menjadikan bangunan berkesan monumental.Â
Bentuk atap dengan kemiringan yang senada menjadikan bangunan menjadi selaras dengan lingkungannya membuat irama tertentu, dengan memperhatikan sudut dan bahan atap.
Tampilan bangunan di sebagian wilayah pusat kota Malang yang dirancang oleh Herman Thomas Karsten (1884-1945) Â mengetengahkan sebuah konsep bergaya Indo Eropa (Indo Europeeschhen Architectuur Stijl).Â