Empat hal yang dapat dipetik dalam membudayakan cinta dan menghidupinya antara lain ialah :
- Hospitalitas. Artinya menerima semua pribadi dengan tangan terbuka. Dengan mengesampingkan egoisme pribadi yang adalah zona nyaman dengan menerima hal lain yang berbeda
- Rendah hati. Tak jarang orang jatuh dalam sikap meremehkan yang lain, atau memandang sebelah mata. Hal ini terjadi karena kita jauh dalam sikap kedangkalan dan tidak mengenal diri dengan baik.
- Belajar mendahalukan orang lain. Naluri yang sangat kuat dalam diri kita manusia adalah “naluri aku duluan”. Inilah akar dan inti dari egoisme.
- Belajar mendengarkan. Mendengarkan adalah pekerjaan yang jauh lebih berat dibandingkan berbicara. Paul Tillich mengungkapkan “The first duty of love is to listen”; dapat diartikan bahwa mendengarkan adalah perwujudah cinta yang konkret dan termasuk yang paling penting.
Berawal dari cinta maka akan tumbuh sikap ‘welas asih’. Rasa ‘welas asih’ tak akan lahir jika tidak mempunyai rasa cinta.
Kata “Compassion” (Inggris) – dari kata “compassione” (Latin): artinya “menderita bersama”. Welas asih adalah sikap yang lahir dari kemampuan merasakan penderitaan orang lain. Ia ikut merasakan lapar dari mereka yang lapar, ikut merasakan sakit dari mereka yang sakit.
Dipanggil untuk Berani dan Tangguh
Dua sesi terakhir mengajak peserta retret untuk menjadi pribadi yang berani dan tangguh. Setelah mendapat bekal menjadi pribadi yang penuh cinta dan welas asih maka pribadi yang diperlukan adalah pribadi yang kuat, berdaya juang dan tangguh.
Untuk menjadi pribadi yang tangguh dan tahan uji, setiap pribadi harus mempunyai keberanian untuk berubah. Kalau bukan diri sendiri, siapa lagi.
Melalui performance setiap kelompok memberikan visualisasi yang menggambarkan peribadi yang tangguh. Kreativitas per kelompok tertuang dalam mini drama, bernyanyi, berpuisi, berpantun dan juga ber yel-yel bertema "ketangguhan".
Di hari terakhir, retret ini ditutup dengan misa perutusan yang dipimpin sendiri oleh Romo Budi. Rona wajah sukacita tergambar dari wajah seluruh peserta retret.
Mereka kembali ke dunia nyata berbekal cinta, belas kasih disertai jiwa yang berani dan tangguh. Kembali memberikan pelayanan pada keluarga, seluruh anak didik, rekan sejawat dan sekomunitas serta masyarakat.
Dalam permenungan yang menyatu dengan Tuhan, diri sendiri dan alam semesta maka diharapkan dapat menebarkan buah-buah sukacita bagi sesama, membudayakan cinta dan welas asih pada setiap pribadi. Salam Cinta !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H