Pendahuluan
Mengarungi bahtera rumah tangga sama seperti mengarungi lautan yang luas dan penuh misteri, pernikahan  merupakan perjalanan yang panjang dan penuh dengan kejutan. Kita tidak pernah tahu apa yang akan kita hadapi di masa depan, sama seperti kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi saat berlayar di tengah samudra.Â
Dalam pernikahan, pasti akan ada pasang surut, suka dan duka. Sama seperti lautan yang kadang tenang dan kadang diterjang badai, pernikahan juga akan mengalami berbagai macam cobaan.Â
Untuk dapat mengarungi lautan yang luas, dibutuhkan kapal yang kuat dan kerjasama yang solid antar awak kapal. Begitu pula dalam pernikahan, dibutuhkan kerjasama yang baik antara suami dan istri untuk menghadapi segala tantangan. Dengan  memiliki niat awal dan tujuan pelabuhan akhir, tujuan bersama yang ingin dicapai, niat menjalankan ibadah dan membangun keluarga yang bahagia dan harmonis until jannah.
 Dalam berlayar, peta dan kompas sangat penting sebagai penunjuk arah. Dalam pernikahan, nilai-nilai bersama, komitmen, dan cinta berfungsi sebagai "peta dan kompas" yang akan membimbing hubungan.
 Di antara masalah yang membawa badai rumah tangga adalah lonely Marriage. Pernikahan yang awalnya penuh cinta dan kehangatan, seiring berjalannya waktu, bisa terasa sepi. Ini adalah kondisi yang umum dialami banyak pasangan. Namun, bukan berarti pernikahan yang sepi tidak bisa diperbaiki. Dengan memahami tanda-tandanya dan mengambil langkah yang tepat, kompasianer  bisa mengembalikan keharmonisan dalam hubungan.Â
Apa Itu Lonely Marriage?
Lonely marriage atau pernikahan yang sepi adalah kondisi di mana salah satu atau kedua pasangan merasa kesepian meskipun secara fisik bersama. Ini terjadi ketika keintiman emosional, komunikasi, dan koneksi yang mendalam mulai memudar.
Tanda-Tanda Pernikahan yang Sedang Menuju Fase Sepi
- Kurangnya Komunikasi: Percakapan yang mendalam dan terbuka mulai berkurang. Pasangan  lebih sering diam atau hanya membahas hal-hal yang bersifat permukaan, apalagi dengan hadirnya orang ketiga yang bisa menyebabkan miskomunikasi antara kedua pasangan tentang hasutan yang memantik api pertikaian tanpa verifikasi dan konfirmasi tentang kebenaran berita yang mereka sampaikan.
- Jarak Emosional: Salah satu pasangan  merasa jauh secara emosional dari pasangannya. Ada tembok yang terasa semakin tebal di antara mereka.
- Aktivitas Bersama Berkurang: Kedua pasangan jarang melakukan aktivitas bersama yang menyenangkan. Waktu luang lebih sering dihabiskan sendiri-sendiri.
- Kurangnya Intimasi: Keintiman fisik dan emosional mulai menurun. Diantara keduanya merasa tidak lagi dicintai dan dihargai, apalagi dengan kesalahan yang sebenarnya sangat sepele tapi jika tidak segera diselesaikan maka akan menjadi konflik yang berkepanjangan.
- Saling Menyalahkan: Kedua pasangan  cenderung saling menyalahkan atas masalah yang ada, daripada mencari solusi bersama. Ego yang tak terkendali semakin memperparah keadaan dan mengancam keutuhan rumah tangga. Di antaranya tentang kenakalan sang buah hati saat menginjka masa transisi dengan menyalahkan sebelah pihak dan membebankan tanggungjawab. Bisa juga ketidaksepahaman tentang pola asuh  yang tujuannya membangun bonding yang kuat tapi  berakhir over protektif dan  berakibat buruk pada mental sang buah hati.
Penyebab Lonely Marriage
Stres Kerja: Penggerak Jarak dalam Pernikahan
Stres kerja, yang seringkali menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, dapat secara signifikan memengaruhi kualitas hubungan dalam pernikahan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa stres kerja dapat membuat pernikahan terasa sepi:
Stres kerja seringkali membuat seseorang lebih banyak menghabiskan waktu di kantor atau memikirkan pekerjaan, sehingga waktu yang dihabiskan bersama pasangan menjadi berkurang. Akibatnya, intensitas interaksi dan kualitas waktu bersama menjadi menurun.Â
Ketika seseorang pulang ke rumah dalam keadaan lelah dan stres, mereka mungkin kurang memiliki energi untuk memberikan perhatian dan kasih sayang kepada pasangan.Â
Stres dapat membuat seseorang kesulitan untuk berkomunikasi secara efektif. Mereka mungkin kesulitan mengungkapkan perasaan atau kebutuhan mereka, yang dapat menyebabkan miskomunikasi dan konflik dalam hubungan.Â
Stres juga dapat menurunkan libido dan minat seseorang terhadap aktivitas seksual. Hal ini dapat memengaruhi keintiman fisik dan emosional dalam hubungan.
Perbedaan Kepribadian: Jarak yang Tak Terlihat dalam Pernikahan
Perbedaan kepribadian seringkali menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan pernikahan terasa sepi. Ketika dua individu dengan karakteristik yang sangat berbeda bersatu dalam ikatan pernikahan, perbedaan tersebut dapat menciptakan jurang yang semakin dalam seiring berjalannya waktu. Misalnya, seseorang yang ekstrovert dan suka bersosialisasi mungkin merasa kesepian dalam pernikahan dengan pasangan yang introvert dan lebih suka menyendiri. Perbedaan dalam gaya komunikasi, nilai-nilai hidup, dan cara mengatasi masalah juga dapat menjadi pemicu utama perasaan kesepian dalam pernikahan.
Miskomunikasi yang Mengikis Kedekatan
Perbedaan kepribadian seringkali memicu miskomunikasi. Ketika pasangan memiliki cara yang berbeda dalam mengungkapkan perasaan dan kebutuhan, pesan yang ingin disampaikan seringkali tidak tersampaikan dengan baik. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman, kekecewaan, dan perasaan tidak dipahami. Miskomunikasi yang terus-menerus dapat mengikis kedekatan emosional antara pasangan dan membuat pernikahan terasa semakin sepi.
Kurangnya Konektifitas Emosional
Perbedaan kepribadian juga dapat menghambat terjalinnya koneksi emosional yang kuat antara pasangan. Ketika pasangan memiliki minat, hobi, dan cara bersantai yang berbeda, mereka mungkin kesulitan untuk menemukan aktivitas yang dapat mereka nikmati bersama. Kurangnya aktivitas bersama dapat membuat pasangan merasa semakin jauh satu sama lain dan mengurangi intensitas keintiman dalam pernikahan.
Kehadiran anak juga mengubah pola komunikasi dalam keluarga. Percakapan yang sebelumnya lebih fokus pada hubungan pasangan, kini bergeser menjadi lebih banyak membahas tentang kebutuhan anak. Kurangnya komunikasi yang mendalam tentang perasaan dan hubungan sebagai pasangan dapat menimbulkan jarak emosional. Kehadiran anak juga mengubah pola komunikasi dalam keluarga. Percakapan yang sebelumnya lebih fokus pada hubungan pasangan, kini bergeser menjadi lebih banyak membahas tentang kebutuhan anak. Kurangnya komunikasi yang mendalam tentang perasaan dan hubungan sebagai pasangan dapat menimbulkan jarak emosional.Â
Prioritas hidup pasangan akan berubah setelah memiliki anak. Kebutuhan anak akan menjadi fokus utama, sehingga kebutuhan dan keinginan pribadi masing-masing pasangan mungkin terabaikan. Hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan kesepian dalam hubungan.Â
Kehadiran anak seringkali mengurangi waktu dan energi yang dapat dialokasikan untuk keintiman fisik dan emosional dalam hubungan. Kelelahan fisik dan mental akibat mengurus anak dapat menurunkan libido dan membuat pasangan sulit untuk merasa dekat satu sama lain.
 Cara Mencegah dan Memperbaiki Lonely Marriage
Komunikasi Terbuka:
- Jadwalkan waktu khusus untuk berbicara tentang perasaan dan harapan masing-masing.
- Dengarkan pasangan dengan penuh perhatian tanpa menyela.
- Gunakan "bahasa cinta" yang dipahami oleh pasangan.
- Quality Time:
- Lakukan aktivitas bersama yang menyenangkan, seperti hobi yang sama atau mencoba hal baru.
- Berikan perhatian penuh saat bersama pasangan, tanpa gangguan gadget.
- Kembali Memupuk Intimasi:
- Jangan hanya fokus pada aspek fisik, tetapi juga emosional.
- Ekspresikan kasih sayang melalui sentuhan, kata-kata manis, dan tindakan kecil.
Cari Bantuan Profesional:Jika masalah semakin kompleks, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan konselor pernikahan.
- Evaluasi Harapan: Terkadang, ekspektasi yang terlalu tinggi dapat menjadi beban dalam pernikahan. Cobalah untuk lebih realistis.
- Jika memungkinkan luangkan waktu untuk melakukan second honeymoon (bulan madu kedua).
- Selami kembali makna dari fungsi  masing-masing dalam pernikahan yaitu suami sebagai pakaian bagi isteri dan begitu pula sebaliknya, kiasan ini mengandung arti lebih dalam yaitu  saling melengkapi setiap kekurangan dan menjadi perhiasan di antara keduanya.
Pentingnya Menjaga Kualitas Pernikahan
Pernikahan adalah sebuah perjalanan yang membutuhkan usaha dari kedua belah pihak. Dengan saling memahami, berkomunikasi dengan baik, dan berkomitmen untuk menjaga hubungan, maka kedua pasangan bisa merawat kasih sayang dan mencegah serta memperbaiki pernikahan yang sepi. Ingatlah, pernikahan yang sehat adalah investasi untuk kebahagiaan jangka panjang.
Salam literasi, semoga kompasianer semua menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H