dadah...(melambaikan tangan).
Kebiasaan tersebut selalu berlangsung hingga Damar tamat SMA. Kini Cici duduk dibangku kelas 5 SD. Kebiasaannya melihat Damar pergi ke sekolah harus berhenti. Bahkan untuk bertemupun mereka jarang. Setamat SMA Damar langsung merantau. Ia pulang kampung sekali seminggu dan pada hari-hari besar. Setiap di kampung Damar wajib mengunjungi Cici. Bahkan ibadah malam ke Gereja, yaitu Sabtu malam Damar mengantar dan jemput Cici. Kebiasaan ini juga terus berlanjut hingga Cici tamat SMA dan melanjutkan pendidikannya keluar kota.
      Cinta, sayang...rasa itu kini hadir diantara Cici dan Damar. Perasaan yang ingin selalu bersama, gelisah saat berpisah, marah saat tidak ada kabar. Malam terakhir sebelum mereka berpisah Damar menyatakan perasaannya  kepada Cici lewat selembar kertas yang dilemparkan ke kamar Cici. Secepat kilat Cici langsung membacanya.
      "Bulan itu indah tapi bukan bagiku...
        Bintang juga indah tapi bukan untukku...
        Namun yang paling indah bagiku adalah bumi...
        Karena di bumi ada kamu..."
      Â
       "Hatiku senang berada dekatmu, bingung saat jauh darimu. Yakinkan aku bahwa rasaku ini tidak bersalah menghampirimu.            Apakah kamu memiliki rasa yang sama terhadapku?
       Jika "iya" kuharap kamu keluar rumah...aku menunggu di belakang rumah kita."
Deg..deg..deg...detak jantung Cici kini tidak karuan. Pipi memerah, keringat dingin menimpa Cici.