Mohon tunggu...
Yuvenalis Peka
Yuvenalis Peka Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Membaca dan Menulis. Saya yakin dengan membaca maka saya dapat menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Potret Senja Kala Itu

25 Oktober 2023   23:27 Diperbarui: 25 Oktober 2023   23:37 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

POTRET SENJA KALA ITU

GarisWaktu

 

Senja merayap cepat memangsa habis langit siang tanpa meninggalkan sedikitpun jejaknya. Hanya sekian detik, malam telah menghampiri bumi.  Sebersit cahaya bintang memancar di kepekatan malam, membuat angin menari indah di kepala yang dipenuhi sepi dan rindu.

Kala Januari menyisakan sekelumit kisah tentang pertemuan kita dengan segelintir kata  yang kita sepakati, hati selalu berbunga menanti datangnya cakrawala yang menyelimuti bumi dengan kehangatan dan sinarnya.  Namun, kini pertemuan kita itu telah melahirkan sebuah cerita baru yang kita sebut perpisahan. Perpisahan itu terjadi lantaran perbedaan kita yang terlalu kuat yang tanpa kita sadari selalu menekan hubungan selama ini kita genggam.

"Mungkin ini kesempatan terakhir untuk kita bertemu seperti ini." kataku membuka percakapan. Namun, ia hanya diam membisu. Tak ada segelintir kata yang ia ucapkan kepadaku.

"Dra, apa kamu masih ingat awal perjumpaan kita berdua di bawah jingganya langit?" tanyaku kepadanya.

"Iya..........masih kuingat dan akan terus kuingat. Aku tak akan pernah melupakan kenangan itu.  Karena itu merupakan awal perjumpaan dengan orang yang aku cintai. Namun, kini orang yang kucintai itu telah menjadi milik orang lain."  kata Sandra kepadaku. Senja sepi kami pun terdiam.

" Lalu apa yang engkau lakukan dengan keputusan orang tuamu mengenai hubungan kita." kataku kepadanya. "Aku sangat berharap orang tuaku dapat merestui hubungan kita, tetapi nyatanya tidak. Malahan orang tuaku menginginkan sebaliknya. Mungkin yang akan aku lakukan hanyalah berdoa kepada Tuhan. Yakinlah cinta kita tak akan dapat dipisahkan. Karena hanya dengan berdoa aku dapat membuktikan bahwa betapa aku sangat mencintaimu." kata Sandra kepadaku

"Terima kasih  atas cinta yang telah engkau berikan kepadaku selama ini. Dengan hadirnya dirimu dalam hidupku selama ini telah membuatku kuat menjalani hari-hariku. Terima kasih untuk semuanya itu. " Lalu aku merangkulnya untuk terakhir kalinya.

&&&&&

Senja kala itu, senja pada Juli sepotong. Senja yang begitu indah bergeleyut di puncak langit. Senja dimana aku dan Sandra sepakat untuk memilih kata pisah hubungan kami lantaran perbedaan yang terlalu kuat membaja di hati orang tuanya hingga cinta kami pun takluk. Aku sedih. Begitu pun dengan Sandra ia sangat terpukul. Sejak saat itu aku tidak bertemu lagi dengan Sandra.

Hari pun berlalu begitu cepat tak terasa enam bulan pun telah aku lewati. Selama ini aku telah berusaha untuk melupakan nama Sandra, wajah Sandra dan semua kisah serta cerita bersama Sandra yang pernah kami alami, hingga suatu senja aku duduk tersipu di depan teras rumah sambil menikmati indahnya senja dan ditemani oleh secangkir kopi dan sebatang rokok bersama dengan teman-teman kompleks sambil kumainkan gitar. Setiap lirik lagu pun kami selami sambil mendengarkan suara petikan gitar yang kumainkan tak lama kemudian aku mulai mengingatkan pesan terakhir Sandra senja waktu itu.

" Dengan berdoa aku dapat membuktikan

    bahwa betapa aku sangat mencintaimu dan

yakinlah cinta kita tak dapat dipisahlan " 

Dalam lantunan bunyi gitar seakan membawa aku pada cerita lama yang perna kulupakan. Tapi irama gitar itu seakan membawa kembali semua kenangan. Hingga muncul rasa ingin bertamu dan mengulang kembali hari-hari bersama Sandra. Lirik demi lirik kami lewati hingga pada penghujung lirik lagu itu aku pun tersadar dari lamunanku. Ternyata semua itu hanyalah lamunanku yang tidak mungkin terulang lagi. Karena aku sadar bahwa Sandra pastinya sudah melupakan aku. Seperti aku yang telah melupakannya dan lebih memilih untuk mencari penggantinya.

&&&&&

Di pengujung bulan Juni bersaman dengan numpuk pekerjaan kantor yang harus diselesai sebelum aku mengambil cuti. Numpuknya pekerjaan kantor mengharuskan aku pulang tidak seperti bisanya. tak terasa jam sudah menuju pukul 16:30 dan aku pun menyelesaikan pekrjaan kantor. dalam perjalanan pulang aku sempatkan diri untuk menikmati senja di pantai tidak jahu dari kantorku hanya berjarak 1 km. sesampainya di  pantai yang menyimpan bagitu banyak kenangan. 

Di ujung barat sana matahari terbenam dan cahaya keemasan yang sangat menggugah mata. Seperti senja di setiap pantai, pasir yang basah, siluet batu karang, burung-burung yang berterbangan dan perahu-perahu lewat di kejauhan.

Semua kenangan kembali mengganggu pikiranku hingga membawa aku pada semua pertemuan bersama Sandra sosok yang tak pernah aku lupakan. Tetapi senja kali ini berbeda tanpa sosok Sandra. Apakah aku harus mengirimkan sepotong senja untuknya? Dengan seluet batu karang, bias cahaya cemerlang, dan batu yang berwarna warni. mungkinkah senja ini bagus untuknya.

 " Tempat ini bagus sekali." Sapa seorang dari belakang dengan suara yang tidak asing ditelingaku. Tak lama kemudian seruan kembali lagi menghampiri telinga ini.

" Pemandangan di pantai ini begitu indah. Dulu ketika senja tiba kamu selalu ke tempat ini dan menjadikan tempat ini milikmu dan pada akhirnya menjadi milik kita berdua.

"Sandra.......?"

" Iya, Ini aku Sandra yang pernah menyayangimu."

"Setelah kamu pamit waktu itu tak ada kabar yang kau berikan kepadaku. Apakah bagimu hubungan antara aku dan kamu tak dapat dipertahankan karena orang tuaku tidak merestui hubungan kita?" Kata Sandra kepadaku. Aku hanya diam menatap sosok yang sudah berubah tubuhnya yang semakin langsing dan rambutnya pun semakin panjang hitam kepekatan. 

"O...ya........ada kabar baik untukmu."

"Kabar baik apa ?"

"Orang tuaku telah merestui hubungan kita." Katanya kepadaku.

Tapi pinta maafku sebesar-besarnya untukmu karena aku telah mengerti apa dan maksud dari ketidaksetujuan orang tuamu mengenai hubungan kita. Karena orang tua mana yang merelahkan anaknya menderita karena cinta." Kataku kepadanya "dan perlu kamu ketahui bahwa aku sedah memiliki seseorang yang menjadi pengganti dirimu. Ranhy namanya sekali lagi aku minta maaf Dra" Seketika itu juga senja yang tadinya membawa kehangatan kini menjadi senja yang begitu dingin. Mytha pun terdiam sambil menunduk lalu air matanya pun kembali lagi  membasahi pipinya untuk kesekian kalinya.

Tak lama kemudian Sandra menampar pipi aku sambil berkata "supaya kamu tahu aku selama ini berusaha meyakini orang tuaku agar hubungan kita dapat direstui dan bertahan menunggumu hingga sampai pada pertemuan kita ini yang tak aku sangkah. Aku merasa sangat bahagiah namun kamu membalas semua perjuangan  aku selama ini dengan segampang itu."

Sandra pun pergi dengan penuh rasa sakit hati. Namun ini sudah menjadi keputusan aku maka mau tidak mau kami harus tetap berpisah karena aku tidak mau Sandra merasahkan sakit hati untuk kali berikut. Aku pun juga sadar diri karena aku sudah memiliki Ranhy yang selalu saja membuat aku merasa nyaman ketika aku tanpa Sandra. Setelah kepergian Sandra itu aku pun pulang ke rumahku sambil memikirkan semua keputusan  yang telah aku ambil.

&&&&&

Setelah pertemuan kami kemarin aku pun merasa sangat bersalah dengan semua keputusan yang ambil untuk tidak melanjutkan hubunganku dengan Sandra Namun di satu sisi aku sangat merasa bersalah dengan keputusanku ini karena Sandra sudah berjuang dan menunjukan bahwa dia memang benar-benar mencintai aku. 

Aku pun terdiam sejenak lalu beranjak berdiri dan berlari menuju tempat dimana aku dan Sandra perna bertemu dan saling sepakat untuk memilih kata pisah atas hubungan kami. Sesampainya di sana aku melihat dan sambil membayangkan Sandra yang pernah duduk bersamaku sambil membahas masa depan hubungan kami yang pada akhirnya mendapat tantangan yang sangat menantang yakni tidak mendapat restu dari orang tua Sandra atas hubungan kami. Entah kenapa hati dan pikiranku ini mau kembali bersama Sandra. Namun itu tidaklah mungkin karena aku telah membuat Sandra  sakit hati dengan perkataanku kemarin.

&&&&& 

            Cahaya keemasan menjelang senja menyelimuti teras rumah Sandra. Aku berusaha memberanikan diri untuk datang ke rumahnya karena aku sadar bahwa memang benar Dra sangat mencintai aku namun, aku sendirilah yang terlalu memikirkan apa yang pernah menjadi keputusan orang tuanya.  

Ketika orang tuanya sudah menyetujui hubungan kami ini malahan aku yang tidak lagi menarima dirinya karena sudah ada Ranhy didalam hati ini. tetapi nyatanya sosok Ranhy ini telah berbadan dau dengan teman kantorku sendiri yakni Dangker namanya. Maka dari itu aku harus datang langsung kerumahnya untuk meminta maaf kepadanya dan meminta untuk melanjutkan hubungan kami.

"Selamat sore", sapaku. Jantungku berdetak kencang sampai-sampai aku tidak bisa mengendalikannya hanya karena membayangkan seperti apa raut wajah Sandra bersama orang tuanya ketika melihat aku datang ke rumahnya.

"Iya. Selamat sore,"  seorang kakek menjawab dari dalam rumah sambil membuka pintu rumah itu.

"Saya Jackson kek," saya ingin bertemu dengan "Sandra"

"Sandra ?"

"Ia Dra. Anak Manaejer PT. Bumi Indah"

" O...... Pa Jarot. Mereka sudah pergi keluar kota."

"Apa kek ? mereka sudah keluar kota ?"

"Ia nak."

"Apakah kek tahu alamat rumah mereka yang baru di kota itu ?"

"Aduh nak kakek tidak tahu dimana alamat rumah mereka di kota soalnya meraka pergi juga tidak sempat berpamitan dengan kakek jadi kakek tidak tahu dimana alamat rumah mereka yang baru dikota itu."

Putus sudah harapanku untuk menemui Sandra. Pada hal aku sangat berharap untuk bertemu dengan dirinya dan menyampaikan semua perasaanku untuk melanjutkan hubungan bersamanya namun nyatanya dia sudah pergi membawa luka yang pernah aku berikan kepadanya.

Sejak saat itu aku pun berusaha untuk mencari Sandra. Namun semua perjuanganku itu sia-sia lantaran aku  di panggil pulang ke kampung halaman karena ibuku sakit.

 

SELESAI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun