"Humans raise the voices to highlight injustice, beat drums to motivate action, and sing songs to memorialize" - Dr. Alexander M. Cannon, University of Birmingham
Ideologi dan pesan aktivisme tidak hanya dinarasikan lewat pidato membara di depan mimbar dengan nada bicara tinggi dan gestur perlawanan. Musik yang dianggap hanya sebagai kumpulan nada dan lirik bisa menjadi media dalam menyampaikan sebuah narasi ideologi yang efektif bahkan radikal. Musik menciptakan nuansa sugarcoated, seolah pendengar merasa bagian dari isi pesan yang disampaikan, walaupun makna aslinya tidak selaras dengan prinsip yang dipegang.Â
Begitu pun dengan John Lennon, musisi kelas atas dengan karya dan gaya nyentrik-nya di atas panggung. Pionir sekaligus personil dari band yang dianggap kiblat bermusik oleh sebagian orang, The Beatles. Banyak dari karya John - terutama dalam solo karirnya - sarat akan pesan ideologi dan gerakan persuasif aktivisme yang bahkan dianggap radikal oleh sebagian orang.Â
Imagine there's no heaven. Imagine there's no countries. Imagine no possessions. Begitu John tuliskan pesan yang ikonik sekaligus kontroversial dalam lagunya yang berjudul Imagine. Disusul bagaimana John seolah mempersuasif pendengar dalam bagian liriknya. You may say I'm a dreamer. But I'm not the only one. I hope someday you'll join us. And the world will be as one.
Imagine adalah karya solo karir John yang dirilis pada tahun 1971 dan masuk dalam album kedua John dengan nama serupa, Imagine. Lagu tersebut mendulang banyak penghargaan dan menjadi lagu yang sering digunakan dalam acara serta gerakan yang berkaitan dengan kemanusiaan. Broadcast Music, Inc. (BMI) menobatkan imagine sebagai 100 lagu paling sering dibawakan pada abad ke-20 (96), memperoleh Grammy Hall of Fame Award, dan masuk ke dalam "The 500 Greatest Songs of All Time" (3) menurut Majalah Rolling Stones pada tahun 2004. John Lennon sendiri menjadi salah satu musisi paling berpengaruh di dunia. Rolling Stones menempatkan John pada posisi ke-12 dalam 100 musisi paling berpengaruh di dunia pada tahun 2023. Â
Imagine : Romansa John dan Yoko
Terciptanya Lagu Imagine karya John tidak lepas dari peran Yoko Ono, Istri kedua John. Yoko adalah seorang seniman oriental asal Jepang yang menikahi John pada tahun 1969. Selain itu, keikutsertaan Yoko terhadap hidup John mempengaruhi gerakan aktivisme dan progresif John sehabis bubarnya The Beatles di akhir 1960-an.
Buku Imagine John Yoko adalah salah satu buku karya John dan Yoko yang menceritakan hubungan keduanya dalam menuliskan album Imagine di tahun 1971. Buku ini terdiri dari sekumpulan gambar, arsip wawancara, dan catatan-catatan yang merinci proses pembuatan album tersebut.Â
Tahun 1966, adalah pertama kalinya John bertemu dengan Yoko. John menghadiri pratinjau pameran Yoko di galeri indica, London, dimana John ingin membeli karya Yoko yang diberi nama Hammer a Nail in. Awalnya Yoko tidak mengenali siapa John. Yoko tahu mengenai grup band rock 'n roll, The Beatles. Namun, ia hanya mengetahui Ringo Starr, drummer The Beatles. Karena Yoko familiar dengan nama 'Ringo' yang dalam bahasa Jepang berarti 'apel'.
"Saya selalu bermimpi bertemu seorang seniman perempuan di mana saya jatuh cinta padanya. Bahkan sejak saya masih di sekolah seni... rasanya seperti menemukan emas." - John Lennon
John merasa Yoko adalah perempuan yang sebenarnya ia cari. Yoko dianggap sebagai jalan bagi John untuk kembali ke dunia seni. John merasa karya Yoko seolah mengunggah dirinya. Ada selera humor yang menarik dalam karya seni Yoko menurut John.Â
Grapefruit menjadi salah satu karya Yoko yang menginspirasi terciptanya lagu Imagine. Karya yang ditulis tahun 1964 tersebut mencantumkan sejumlah momen yang mempengaruhi Lennon.Â
Yoko sering menggunakan kata 'imagine' dalam setiap puisi di buku tersebut. "Bayangkan itu. Bayangkan ini." Beberapa bertuliskan, "Bayangkan (Imagine) awan bertetesan, gali sebuah lubang kebunmu untuk menaruhnya." Dalam Puisi Awan; "Bayangkan membiarkan seekor ikan mas berenang melintasi angkasa."Â Dalam Puisi Minum untuk Orkestra; "Bayangkan seribu matahari di atas langit bersamaan."
"Lagu itu sendiri mengekspresikan apa-apa yang saya pelajari selama saya bersama Yoko dan perasaan saya terhadap hubungan kami. Seharusnya tertulis 'Lennon/Ono' pada lagu itu, karena ia banyak berkontribusi pada lagu itu." - John Lennon
Lagu untuk Perdamaian
Imagine ditulis pada masa yang penuh dengan gejolak. John menuliskan lagu tersebut pada Maret 1971, disaat Perang Vietnam masih berkecamuk (1950 - 1975). Imagine merupakan sebuah lagu yang dikreditkan sebagai "kampanye iklan untuk perdamaian" dan tonggak ukur dalam mendambakan keharmonisan global. Masyarakat dunia sampai saat ini menobatkan lagu tersebut sebagai himne perdamaian dan selalu digunakan dalam acara kemanusiaan dan perdamaian dunia.
Dalam potongan liriknya, Imagine seolah merepresentasikan konsep perdamaian dan humanisme yang dibungkus secara eksplisit. Pada baris pertamanya, John menuliskan, "Imagine there's no heaven". Frasa tersebut menjadi salah satu pembuka dalam sebuah lagu yang dianggap provokatif oleh sebagian orang. John dianggap sebagai seorang yang anti terhadap agama, salah satunya kekristenan. Pada bagian akhir verse kedua sebelum memasuki bridge, John juga menuliskan "and no religion too."Â
Ini mengingatkan pada pernyataan kontroversial John terhadap agama dalam wawancara dengan London Evening Standard pada 4 Maret 1966 saat John masih menjadi personil The Beatles. Ungkap John menanggapi pertanyaan jurnalis Maureen Cleave untuk serial berjudul "How Does a Beatle Live?". John mengatakan "We're (The Beatles) more popular than Jesus now," Dalam wawancara tersebut, John juga mengungkapkan sentimennya terhadap kekristenan dengan menyebutkan bahwa kekristenan akan lenyap dan menyusut. Keresahan John terhadap kekristenan tidak didasari atas kebenciannya terhadap Yesus, namun para penganut agamanya yang dianggap John sebagai pengganggu.
".....,Yesus baik-baik saja tetapi murid-muridnya kebanyakan dan biasa-biasa saja. Mereka yang memutarbalikkannya itulah yang menghancurkannya bagi saya." - John Lennon.Â
Lagu ini memang secara eksplisit menafsirkan bahwa John ingin meniadakan agama di dunia. Pemikiran awal John bukanlah ingin meniadakan agama atas dasar dogma atau ajaran, namun persepsi penganut agama yang seolah 'merasa superior' dibanding yang lain. Dalam wawancara John dengan majalah Playboy yang dilansir pada laman hops.id, John mengatakan, "Konsepnya adalah doa yang positif. Jika kamu dapat membayangkan dunia yang damai, tanpa uang ataupun agama - bukan tanpa agama, tetapi tanpa pikiran bahwa Tuhanku lebih besar dari Tuhanmu - maka bisa saja ini akan terwujud"
Persepsi ini menuntun pada konsep humanisme dalam lagu tersebut. Humanisme sendiri adalah pandangan filsafat yang menempatkan manusia sebagai fokus utama dalam berbagai aspek kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang unik dan berhak mencari makna hidupnya sendiri. Pada konsep yang lebih ekstrem, humanisme meniadakan keberpihakan Tuhan (hal hal spiritual/ilahi) dalam keberlangsungan hidup manusia. Muthahhari pada tahun 2002 mengatakan humanisme sebagai pandangan yang melihat semua manusia sebagai satu untuk tunggal, terlepas dari kelas, kebangsaan, kebudayaan, agama yang dianut oleh ras-nya serta menolak diskriminasi.
"Kami bukan orang pertama yang mengatakan 'Imagine  There's No Countries' atau 'Give Peace a Chance', namun kami membawa obor itu, seperti obor Olimpiade, menyebarkannya dari tangan ke tangan. , satu sama lain, ke setiap negara, ke setiap generasi... dan itulah tugas kita" - Wawancara terakhir John sebelum kematiannya pada 5 Desember 1980 dilansir dari laman udiscovermusic.com.
Imagine : Manifestasi Politik Kiri John
Banyak asumsi mengatakan bahwa Imagine erat kaitannya dengan manifestasi gerakan politik kiri John Lennon. Lirik dan makna dari lagu Imagine dianggap sebagai representasi dari utopia ideologi komunis dimana terbentuknya masyarakat tanpa kelas. Ayah John, Alfred Lennon merupakan seorang pekerja kelas menengah rendah di Liverpool. Sejak kecil John sudah dibentuk oleh sistem kelas di Inggris. Walaupun tidak ada pernyataan secara eksplisit bahwa John adalah seorang komunis, beberapa lagu John erat kaitannya dengan ideologi politik kiri.
Working Class Hero, salah satu lagu solo John yang dibuat pada tahun 1970 menggambarkan kesadaran politik yang kuat terhadap penipuan masyarakat berbasis kelas. John menuliskan kritik keras pada setiap baitnya yang selalu diakhiri dengan lirik "A working class hero is something to be."
"Apakah anda terus-terusan dibius oleh agama, seks, dan TV. Dan anda berpikir sangat pintar, tidak berkelas, dan bebas. Tapi sejauh yang saya lihat, anda masih seorang petani," John Lennon, Working Class Hero.
Begitupun banyak orang merepresentasikan lagu Imagine. Selain isu perdamaian yang diangkat John, Imagine secara tersirat menggambarkan politik kiri John. Imagine there's no countries. Imagine no possessions. And no Religion, Too. Baris-baris lirik tersebut dianggap oleh banyak pihak sebagai intisari dari politik kiri John. Ini adalah narasi sosial kehidupan masyarakat tanpa kelas, tanpa keterikatan materi, dan tanpa agama yang kerap dicap sebagai "candu". Gagasan tersebut dicap cukup radikal, karena berusaha mengubah struktur kepemilikan, struktur negara, dan struktur agama yang merupakan bentuk dari gerakan revolusioner. Gagasan tersebut diakui langsung oleh John dalam wawancaranya dengan majalah Rolling Stones yang menyebutkan bahwa lagu tersebut adalah "Virtually The communist Manifesto".
John berhasil menyampaikan pesan ideologi kiri yang 'terselubung' dalam lagu tersebut dengan memberinya nuansa sugarcoated. Seolah pendengar merasa bagian dari isi pesan yang disampaikan, walaupun makna aslinya tidak selaras dengan prinsip yang dipegang. "......bumbui pesan politismu dengan sedikit madu," ujar John Lennon.Â
Obor Perdamaian yang Terus Menyala
Shakira menyanyikan lagu imagine saat UN's General Assembly 2015 untuk Aylan dan Galip Kurdi dan semua anak yang menjadi pengungsi akibat perang Suriah. Setiap menjelang perhitungan mundur di tengah malam perayaan tahun baru, salah satu penyanyi hebat akan menyanyikan lagu Imagine di New York Times. Tradisi ini dimulai sejak 1986 sampai saat ini. Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, John mengatakan bahwa lagunya seperti obor olimpiade yang menyala terus menerus dari tangan ke tangan, dari generasi ke generasi. The Liverpool Philharmonic Youth Choir membawakan lagu Imagine karya John pada Upacara Penutupan Olimpiade London tahun 2012.Â
John tetap hidup seperti obor estafet yang selalu membara dari generasi ke generasi. Walaupun, ia telah mati secara jasmani, pemikiran dan cita cita John tetap terjaga abadi. Imagine telah termanifestasikan sebagai simfoni perdamaian dunia. Lewat nada dan lirik, John merumuskan tiga menit narasi keindahan tersebut. Mungkin John tidak pernah tahu apakah 'bayangan' tersebut nampak secara realita atau memang hanya sebatas utopia belaka. Menurut saya, yang pasti adalah bahwa perdamaian memang ideal untuk selalu menjadi 'bayangan'.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H