Grapefruit menjadi salah satu karya Yoko yang menginspirasi terciptanya lagu Imagine. Karya yang ditulis tahun 1964 tersebut mencantumkan sejumlah momen yang mempengaruhi Lennon.Â
Yoko sering menggunakan kata 'imagine' dalam setiap puisi di buku tersebut. "Bayangkan itu. Bayangkan ini." Beberapa bertuliskan, "Bayangkan (Imagine) awan bertetesan, gali sebuah lubang kebunmu untuk menaruhnya." Dalam Puisi Awan; "Bayangkan membiarkan seekor ikan mas berenang melintasi angkasa."Â Dalam Puisi Minum untuk Orkestra; "Bayangkan seribu matahari di atas langit bersamaan."
"Lagu itu sendiri mengekspresikan apa-apa yang saya pelajari selama saya bersama Yoko dan perasaan saya terhadap hubungan kami. Seharusnya tertulis 'Lennon/Ono' pada lagu itu, karena ia banyak berkontribusi pada lagu itu." - John Lennon
Lagu untuk Perdamaian
Imagine ditulis pada masa yang penuh dengan gejolak. John menuliskan lagu tersebut pada Maret 1971, disaat Perang Vietnam masih berkecamuk (1950 - 1975). Imagine merupakan sebuah lagu yang dikreditkan sebagai "kampanye iklan untuk perdamaian" dan tonggak ukur dalam mendambakan keharmonisan global. Masyarakat dunia sampai saat ini menobatkan lagu tersebut sebagai himne perdamaian dan selalu digunakan dalam acara kemanusiaan dan perdamaian dunia.
Dalam potongan liriknya, Imagine seolah merepresentasikan konsep perdamaian dan humanisme yang dibungkus secara eksplisit. Pada baris pertamanya, John menuliskan, "Imagine there's no heaven". Frasa tersebut menjadi salah satu pembuka dalam sebuah lagu yang dianggap provokatif oleh sebagian orang. John dianggap sebagai seorang yang anti terhadap agama, salah satunya kekristenan. Pada bagian akhir verse kedua sebelum memasuki bridge, John juga menuliskan "and no religion too."Â
Ini mengingatkan pada pernyataan kontroversial John terhadap agama dalam wawancara dengan London Evening Standard pada 4 Maret 1966 saat John masih menjadi personil The Beatles. Ungkap John menanggapi pertanyaan jurnalis Maureen Cleave untuk serial berjudul "How Does a Beatle Live?". John mengatakan "We're (The Beatles) more popular than Jesus now," Dalam wawancara tersebut, John juga mengungkapkan sentimennya terhadap kekristenan dengan menyebutkan bahwa kekristenan akan lenyap dan menyusut. Keresahan John terhadap kekristenan tidak didasari atas kebenciannya terhadap Yesus, namun para penganut agamanya yang dianggap John sebagai pengganggu.
".....,Yesus baik-baik saja tetapi murid-muridnya kebanyakan dan biasa-biasa saja. Mereka yang memutarbalikkannya itulah yang menghancurkannya bagi saya." - John Lennon.Â
Lagu ini memang secara eksplisit menafsirkan bahwa John ingin meniadakan agama di dunia. Pemikiran awal John bukanlah ingin meniadakan agama atas dasar dogma atau ajaran, namun persepsi penganut agama yang seolah 'merasa superior' dibanding yang lain. Dalam wawancara John dengan majalah Playboy yang dilansir pada laman hops.id, John mengatakan, "Konsepnya adalah doa yang positif. Jika kamu dapat membayangkan dunia yang damai, tanpa uang ataupun agama - bukan tanpa agama, tetapi tanpa pikiran bahwa Tuhanku lebih besar dari Tuhanmu - maka bisa saja ini akan terwujud"
Persepsi ini menuntun pada konsep humanisme dalam lagu tersebut. Humanisme sendiri adalah pandangan filsafat yang menempatkan manusia sebagai fokus utama dalam berbagai aspek kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang unik dan berhak mencari makna hidupnya sendiri. Pada konsep yang lebih ekstrem, humanisme meniadakan keberpihakan Tuhan (hal hal spiritual/ilahi) dalam keberlangsungan hidup manusia. Muthahhari pada tahun 2002 mengatakan humanisme sebagai pandangan yang melihat semua manusia sebagai satu untuk tunggal, terlepas dari kelas, kebangsaan, kebudayaan, agama yang dianut oleh ras-nya serta menolak diskriminasi.
"Kami bukan orang pertama yang mengatakan 'Imagine  There's No Countries' atau 'Give Peace a Chance', namun kami membawa obor itu, seperti obor Olimpiade, menyebarkannya dari tangan ke tangan. , satu sama lain, ke setiap negara, ke setiap generasi... dan itulah tugas kita" - Wawancara terakhir John sebelum kematiannya pada 5 Desember 1980 dilansir dari laman udiscovermusic.com.
Imagine : Manifestasi Politik Kiri John
Banyak asumsi mengatakan bahwa Imagine erat kaitannya dengan manifestasi gerakan politik kiri John Lennon. Lirik dan makna dari lagu Imagine dianggap sebagai representasi dari utopia ideologi komunis dimana terbentuknya masyarakat tanpa kelas. Ayah John, Alfred Lennon merupakan seorang pekerja kelas menengah rendah di Liverpool. Sejak kecil John sudah dibentuk oleh sistem kelas di Inggris. Walaupun tidak ada pernyataan secara eksplisit bahwa John adalah seorang komunis, beberapa lagu John erat kaitannya dengan ideologi politik kiri.