Mohon tunggu...
Yutta Sihing Gusti
Yutta Sihing Gusti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Strata I Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta konsentrasi Media dan Jurnalistik

Lewat laman ini, akan saya tuliskan isi dan gagasan pikiran yang menjadi keresahan tersendiri. Ada baiknya pikiran tertuang dalam media dan terbaca oleh orang lain. Jangan sampai pikiran hanya menjadi sebatas pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semakin Dewasa, Semakin Sadar Pentingnya Pendidikan

20 April 2024   10:43 Diperbarui: 20 April 2024   10:56 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Yogendra Singh : https://www.pexels.com

Bagi saya sekarang, rasa bersyukur selalu ada atas kesempatan pendidikan yang saya dapatkan dalam hidup. Pendidikan yang dahulu pikirkan sebagai jalan alternatif untuk mendapatkan pekerjaan dan sukses, rasanya bukan esensi yang estetik dari pendidikan itu sendiri. Manusia memang dilahirkan untuk terdidik. Ia merangsang manusia untuk berpikir dan bertindak dengan semestinya. 

Pendidikan yang utama bagi saya adalah perihal menciptakan suatu kepribadian yang ideal dalam memandang permasalahan maupun peristiwa di luar diri sendiri. Cara berpikir yang logis dan terstruktur menciptakan pilihan atas tindakan yang bijaksana. Pendidikan juga membuat perspektif berpikir manusia tidak terkekang oleh dogmatisasi yang tidak mendasar. Uniknya, semejak bertambah dewasa, ketika saya berusaha memikirkan sesuatu maka akan muncul antitesis dari pemikiran tersebut dan begitu seterusnya. 

Jika dengan diri saya sekarang mengomentari apa yang saya pikirkan dahulu, saya akan berkata bahwa saya terlalu naif untuk berbicara dan berpikir hal yang demikian. Bagi saya sekarang, jika anda melihat kebobrokan dalam suatu sistem pendidikan, keluarlah dan buat sebagaimana menurut anda ideal. Nyatanya, saya hanya manusia hipokrit yang kritis tanpa adanya aksi yang konkrit. Saat itu, saya hanya manusia dengan ilmu seadanya, mengkritisi sebuah sistem, namun makan juga dari sistem yang saya kritisi. 

Bukan dalam arti saya sudah berdamai dengan sistem pendidikan. Memang perlu ada evaluasi dan kritik guna menciptakan aset intelektualitas bangsa yang lebih bermutu. Namun, perlu ada aksi walaupun setitik air yang bisa dikontribusikan dalam membangun idealnya sistem pendidikan di Indonesia. 

Pemikiran mengenai pentingnya pendidikan ini juga tidak lepas dari cerita kehidupan ayah saya. Seorang miskin dari desa kecil yang menjadi satu-satunya sarjana di antara 9 saudaranya. Ia tukarkan tanah sepetak untuk membayar kesempatan duduk di ruang kelas universitas. Dan dari gelarnya, ia turunkan ilmunya kepada anak di sekolahan kota dan kepada anaknya sendiri. Ia jadi tumpuan kakak-kakanya dan keluarga kecilnya. Lewat pendidikan, ia putarkan nasib hidupnya dahulu dan ciptakan sebagaimana menurutnya ideal. Itulah alasan dahulu kadang kala saya kesal ketika Ia terlalu berisik mengenai pentingnya pendidikan. 

Bagi saya sekarang, narasi mengenai idealnya suatu pendidikan memang selalu terkesan glamour dan berlebihan. Namun, bila narasi itu tidak masuk dalam daftar pilihan hidup anda, silakan untuk anda mengeliminasi dan merumuskan sebagaimana bagi anda masuk akal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun